Penelitian di University of Lausanne, Switzerland, menunjukkan bahwa perempuan biasanya memilih bau badan pria – yang dicium dari baju kausnya – yang secara imunologis berbeda dengan bau badan wanita.
Sehatalamai.co ~ Bayangkan kekuatan yang tidak tampak dan tidak terdeteksi yang dapat membuat Anda begitu bergairah terhadap seseorang. Jangan salahkan ’dewa asmara’, karena ini ternyata dipengaruhi oleh feromenon, yaitu bau badan manusia yang biasa disebut dengan ”kimia cinta”.
Para ahli biologi menggambarkan feromenon sebagai sidik bau (smell prints) yang sifatnya unik. Tiap orang mempunyai feromenon yang berbeda. Sebetulnya feromenon menjadi dasar pada tingkah laku hewan, lalu bagaimana dengan jiwa manusia yang kompleks?
Penelitian di University of Lausanne, Switzerland, menunjukkan bahwa perempuan biasanya memilih bau badan pria – yang dicium dari baju kausnya – yang secara imunologis berbeda dengan bau badan wanita.
Sayangnya dalam dunia nyata hal itu tidak serta merta membuat orang memilih pasangan dengan aroma yang membuatnya tertarik. Walau demikian ini sudah bisa membuat para peneliti memperkirakan bahwa ”kimia” ketertarikan seksual lebih didasari oleh alam dari pada pengaruh lingkungan.
Kenyataannya, industri wewangian tidak mempedulikan adanya perasaan cinta atau sekadar nafsu. Hingga kini berbagai perusahaan wewangian terus mengembangkan bau-bauan sintetis yang menyerupai feromenon.
Wewangian yang kita miliki memang bukan kita beli sebagai afrodisiak atau untuk membangkitkan nafsu seks, melainkan untuk memperbaiki suasana hati dan membantu kita lebih rileks sehingga dapat mengatasi masalah sehari-hari. (SA)