Benarkah memasuki usia pensiun seseorang tinggal menikmati jerih payah di saat masih muda dan benar-benar dapat menikmati sisa usia dengan perasaan bahagia dan semakin bermakna?
Sehatalami.co ~ Manusia tidak bisa lepas dari persoalan spiritual. Setidaknya keyakinan terhadap adanya kekuasaan Tuhan atas perjalanan hidup umat manusia. Itu mengapa, sering dalam banyak aktivitas manusia selalu memulainya dengan ritual doa. Ada ritual doa pagi, sore hari, dan doa harian seperti shalat lima waktu bagi seorang muslim.
Ada doa pagi dan ritual lainnya bagi umat beragama Krstiani, Protestan, serta Hindu atau Budha. Kesemua ini menandakan adanya hubungan transcendent antara Sang Khaliq (Yang Maha Pencipta) dan manusia sebagai Makhluk ( seorang hamba – ciptaan-Nya).
Dalam kontek ini, aspek penting dalam perjalanan hidup umat manusia adalah kepercayaan atau keyakinan terhadap ketentuan atau takdir Tuhan atas manusia terkait dengan usia, jodoh, dan rezki. Sudah menjadi pemahaman umum di kalangan umat beragama, bahwa apa yang terjadi di dunia ini tidak bisa lepas dari peran dan kuasa Tuhan.
Kita juga percaya tak ada satu kejadian atau peristiwa pun yang akan menjadi sia-sia. Karena semua peristiwa apakah terkait langsung dengan kehidupan seseorang atau tidak, pastilah menyimpan hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik untuk kebaikan bersama.
Begitu pun perjalan usia. Dalam kaitannya dengan pendewasaan, yang salah satunya ditandai dengan tingkat kemandirian seseorang untuk dapat mengoptimalkan potensi kemampuan bawaan-nya, sejak kelahirannya setidaknya manusia menjalani tiga fase kehidupan. Fase menerima, fase memberi, dan fase menikmati hasil.
Pada fase menerima ( rentang usia 0 – 25 tahun), seseorang umumnya masih berada dalam fase persiapan, menuju usia matang. Yang menonjol dari fase ini adalah adanya ketergantungan secara ekonomi dari keluarga, khususnya orang tua, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, mulai dari makan, pakaian, hingga biaya pendidikan.
Sedangkan, fase memberi ( rentang usia 25 – 55 tahun), umumnya sudah menjadi pribadi yang matang : memasuki dunia kerja dan mendapatkan penghasilan tetap. pada fase inilah seseorang membangun keluarganya sendiri, dan bekerja sekuat tenaga untuk memperbaiki tingkat kehidupan, dan menghidupi diri dan keluarganya.
Pensiun Preneur: Mempersiapkan Pensiun yang Sukses, Sehat, Bahagia, dan Produktif
Fase ketiga ( 55 hingga dia meninggal), seseorang telah mencapai usia dan kondisi psikis paripurna. Memasuki usia pensiun. Di fase ini, seseorang umumnya sudah tidak menerima penghasilan dari pekerjaan formal. Pada fase ini, idealnya seseorang tinggal menikmati jerih payah di saat masih muda dan benar-benar dapat menikmati sisa usia dengan perasaan bahagia dan semakin bermakna. (bersambung).