Jika boleh memilih, apa yang akan Anda beli, sepatu dan tas Bally atau berlibur dengan suami dan anak ke Bali?
Sehatalami.co ~ Filosof Yunani, Aristoteles, berpendapat bahwa pengalaman lebih berharga daripada memiliki barang. Benarkah? Untuk membuktikannya, dua orang ahli psikologi, Leaf Van Boven dari University of Colorado dan Thomas Gilovich dari Cornell University, meneliti masalah keleluasaan penggunaan uang terhadap pembelian barang (seperti pakaian atau perhiasan) dan terhadap hal-hal yang menambah pengalaman (seperti pergi berlibur atau menonton konser).
Melalui sebuah survei via telepon terhadap 1.279 responden dewasa diketahui bahwa membeli pengalaman (57%) ternyata lebih membuat mereka bahagia dibanding membeli barang (34%). Bahkan sesudah diperhitungkan harganya.
Tidak termasuk di dalamnya buku dan olahraga yang selain bersifat kebendaan juga bersifat pengalaman. Kedua peneliti tersebut juga menemukan bahwa persentase wanita dalam hal kepuasan/kebahagiaan membeli pengalaman, lebih tinggi dibanding kaum pria.
Ditemukan pula bahwa mereka yang mempunyai penghasilan tinggi dan yang berpendidikan tinggi lebih memilih membeli pengalaman. Kesimpulan kedua ahli: keuangan (keleluasaan penggunaan uang) yang terbatas membuat orang memilih membeli barang atau hal-hal yang bisa meningkatkan kualitas hidup.
Namun perlu diketahui bahwa tidak seperti kepemilikan barang, pengalaman semakin terasa berharga dengan berjalannya waktu. “Jika barang bisa dibuang, pengalaman tidak.
Kita melakukan interpretasi dan memberi nilai baru ketika kita mengingatnya kembali atau menceritakannya kembali. Dan pengalaman merupakan bagian hidup kita. Tidak demikian dengan barang, apalagi jika sudah diberikan kepada orang lain,” ujar Van Boven. (SA)