Para pasien ini dibagi menjadi 2 kelompok. Separuh pasien itu didoakan dari jauh, sementara separuhnya tidak. Semua pasien itu tidak mengetahui apakah mereka didoakan atau tidak. Pada akhir penelitian terlihat bahwa ada perbedaan yang signifikan.
Kelompok yang didoakan ternyata lebih sedikit yang membutuhkan alat bantu pernapasan, juga lebih sedikit membutuhkan obat, dan lebih sedikit pula yang terkena pneumonia. Dari penelitian ini jelas terbukti bahwa mendoakan orang lain memang ada efek positifnya.
”Mendoakan orang lain berarti mengirimkan energi positif pada orang yang didoakan,” demikian Suryani menjelaskan. Energi positif ini sangat besar manfaatnya dalam merangsang tubuh orang yang didoakan agar berada dalam keadaan homeostasis, yang akhirnya membantu proses penyembuhan.
Doa yang disampaikan sendiri dan yang disampaikan banyak orang menurut Suryani sangat berbeda hasilnya. Energi penyembuhan yang didapat dari banyak orang, ditambah energi dari dalam diri sendiri dan tentu saja energi dari Tuhan akan mempercepat proses penyembuhan itu.
Doa sebagai dukungan spikologis
Sementara, Joseph Darminta, SJ, Direktur Pusat Spiritualitas Girisonta, Ungaran lebih memandang mendoakan orang lain sebagai bentuk dukungan psikologis. ”Ketika didoakan, orang merasa tidak sendirian, dengan begitu dia menjadi lebih kuat menghadapi kesusahan yang sedang dihadapinya,” jelasnya. (bersambung).