Active listening sangat penting dalam komunikasi dan hubungan antar pribadi, karena dapat menambah informasi mengenai teman bicara, mengurangi salah paham, meningkatkan saling pengertian dan keakraban.
Dalam setiap percakapan terjadi active listening, baik yang bersifat verbal (lisan) maupun non verbal (mimik, gerak-gerik, dan nada suara). Ada tiga tingkatan active listening secara verbal, yaitu:
- Mengulangi apa yang dikatakan lawan bicara. Misalnya teman Anda mengatakan, ”Baru dua jam lalu aku datang dari Medan naik bis dua hari dua malam”. Lalu, Anda mengatakan “Jadi, kau baru dua jam yang lalu datang dari Medan dengan bis selama dua hari dua malam”;
- Menyimpulkan dengan kata-kata sendiri hal-hal yang diungkapkan seseorang. “Wah, kau baru dari Medan? Lama juga di jalan, ya”.
- Mengungkapkan dengan kata-kata sendiri apa yang dikatakan seseorang serta perasaan-perasaan dan keinginan orang itu. ”Jadi kau baru aja datang dari Medan? Tentu masih capek. Aku pulang dulu saja, nggak penting-penting amat, sih. Nanti tiga hari lagi aku ke sini”.
Active listening terungkap juga secara non verbal, antara lain lewat posisi tubuh yang menunjukkan perhatian seperti dirumuskan dalam SOLER, yaitu:
S. Face the other person squarely. (hadapi lawan bicara dengan tatap muka, tidak menyamping, apalagi membelakanginya)
O. Keep an open posture. (tangan terbuka, tidak terlipat di dada, masuk ke kantong, atau bertolak pinggang).
L. Lean towards the other person. (condongkan tubuh sedikit, kira-kira 15 derajat ke arah lawan bicara Anda)
E. Keep eye contact. (tatap mata lawan bicara, tidak langsung pada bola matanya, tetapi di dahi, sedikit di atas alis. Dan, bukan terus-menerus dipelototi).
R. Be relaxed, please. (santai, ramah, dan dengan wajah yang jernih. Jangan mendengarkan orang lain sambil bekerja atau menelepon). Apakah boleh tersenyum? Tentu saja boleh ikut tersenyum, asal di saat orang itu merasa lucu dengan ceritanya sendiri. Jangan tersenyum saat ia menceritakan kesedihannya.
Menerapkan prinsip SOLER dengan baik menandakan kita menaruh perhatian pada lawan bicara, sehingga ia merasa bebas untuk mengungkapkan keluhan-keluhannya. Dan begitu keluhan-keluhan terungkap, hasilnya adalah kelegaan.
Baca Juga : Benarkah Active Listening, Bisa Menyembuhkan?
Active listening dapat dilatih
Active listening sangat penting dalam komunikasi dan hubungan antar pribadi, karena dapat menambah informasi mengenai teman bicara, mengurangi salah paham, meningkatkan saling pengertian dan keakraban. Keterampilan ini bukan bakat, karena setiap orang dapat menguasainya asal mau mencoba dan melatih diri.
Beberapa hal yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan active listening, antara lain:
- Pertama dibutuhkan ketenangan. Latihan relaksasi dapat digunakan untuk lebih menenangkan tubuh, pikiran, dan perasaan.
- Kedua, berusaha mengurangi prasangka buruk, mau menang sendiri, dan perasaan negatif lainnya. Sebaliknya, biasakan melihat hal-hal positif pada orang lain dan diri sendiri.
- Ketiga, mengendalikan diri untuk tidak terlalu cepat memberi nasihat, mengambil kesimpulan, memberi komentar, dan memotong pembicaraan orang. Jadi, kurangi bicara dan lebih banyak mendengar serta melihat. Bukankah mulut kita hanya satu, sedangkan mata dan telinga ada dua?
- Keempat, perhalus perasaan Anda dengan cara membiasakan diri bersuara lembut, berwajah jernih, membaca Kitab Suci, berdeklamasi, menyanyi, menikmati keindahan alam, bertanam bunga, dan mengajak bicara anak kecil.
- Kelima, biasakan diri Anda untuk mengamati ekspresi wajah, nada suara dan gerak-gerik saat orang lain berbicara, karena bahasa tubuh (body language) menunjukkan berbagai perasaan dan hasrat-hasrat yang tidak terungkap secara lisan.
- Dan yang terakhir, berlatihlah, terus menerus berlatih dan berlatih.
Intinya adalah soul – cinta kasih
Active listening intinya adalah soul, cinta kasih dan kesediaan serta kesabaran untuk mendengarkan keluhan-keluhan orang lain sehingga orang itu menjadi tenang setelah keluhan-keluhannya dicurahkan dan ditampung. Dan setelah merasa tenang, ia lebih mudah menyadari masalah yang sebenarnya, sehingga diharapkan mampu menyelesaikan sendiri masalahnya.
Keterampilan active listening ini akan lebih bermakna apabila didasari oleh keikhlasan membantu orang-orang yang sedang bermasalah, agar mereka mampu mengatasinya sendiri, serta menyadari dan merealisasikan potensi-potensi dirinya. Dan semuanya tidak akan terjadi tanpa cinta kasih pada sesama manusia. (SA)