Orang yang sedang marah, kesal, gelisah, sedih, atau menderita suatu penyakit, berarti sedang kekurangan energi berwarna tertentu. Dengan melakukan terapi warna, energi yang kurang dapat tercukupi. (Gitta S. Van Engelen, terapis warna)
Sehatalami.co ~ Keajaiban warna sebagai terapi, sudah dikenal oleh bangsa Mesir Kuno (sekitar abad ke-2 SM), serta menjadi bagian dari pengobatan Traditional Chinese Medicine (TCM) dan Ayurveda (India). Selain dapat menstabilkan emosi, warna juga terbukti dapat membantu mengatasi berbagai penyakit.
Hubungan warna dengan emosi pernah diteliti oleh Dr James Nobbs dari Colour Chemistry Department, Leeds University, Inggris, bersama beberapa ilmuwan dari Kyoto Institute of Technology, Hongkong Polytechnic University, dan Chulalongkorn University (Thailand).
Dalam penelitian tersebut, responden diminta memperhatikan warna tertentu, kemudian diberi pertanyaan berupa persepsinya tentang warna yang dilihatnya. Dr Nobbs kemudian menyimpulkan bahwa kata sifat (hangat-dingin, keras-lembut, pucat-terang, dll) merupakan persepsi yang sangat dipengaruhi oleh perasaan dan emosi.
Seiring berjalannya waktu, peran warna dalam pengobatan semakin terbukti. Pada tahun 1990, efektivitas sinar biru dalam mengatasi berbagai masalah psikologi, kecanduan obat-obatan, depresi, gangguan makan, dan impotensi dilaporkan para peneliti dalam pertemuan tahunan American Association for the Advancement of Science, sebuah organisasi ilmuwan di Amerika.
Kini, selain menjadi bagian dari terapi psikologi, terapi warna sudah menjadi bagian dari metode pengobatan medis. Di rumah sakit, kita dapat menjumpai dokter memberikan terapi sinar biru pada bayi yang lahir kuning (untuk menetralkan kadar bilirubin), dan terapi sinar infra merah untuk pasien kanker. (bersambung).