Ternyata Tria sampai paling awal karena lalu lintas lancar. Sambil menikmati dentingan live piano di lobby yang sedang memainkan lagu Field of Gold, di ingatan Tria muncul figur ayahnya yang memang menggemari lagu itu. Meski jarak usia antara Tria dengan ayahnya cukup jauh dan kadang kala ada beda pendapat dalam komunikasi, tapi hubungan mereka sangat dekat.
Salah satu dari ayahnya yang sangat berkesan di hati Tria adalah kebiasaan merawat sepatunya yang ditata rapi di rak khusus, masing-masing terbungkus dengan plastik transparan yang dilubangi di beberapa tempat untuk ventilasi. Disitu juga ada semir hitam, coklat dan netral dengan kaleng bulat klasiknya yang khas, masing-masing dengan sikat dan lapnya. Meski trend semir sepatu cair praktis makin luas, ayahnya tetap memilih untuk menggunakan semir padat bertekstur seperti lilin setengah padat yang perlu waktu untuk menggunakannya. Memang sepatu kulit itu perlu disikat dulu, diolesi semir dengan lap sampai rata, dibiarkan beberapa waktu sebelum disikat lagi sampai berkilap. Memang kadang kala semir itu meninggalkan noda dan aroma di tangan, sehingga perlu dicuci khusus, tetapi ayahnya selalu senang mengerjakannya dengan senyum dan kadang-kadang bersenandung.
Sepatu ayah Tria selalu bersih, haknya juga tidak terkikis satu sisi meski banyak berjalan. Ayahnya mengatakan bahwa sepatu memang fungsinya penutup kaki, tapi sepatu juga menemani dengan irama, pola dan ritme langkah salaras pemakainya kemanapun dia pergi. Bagian sol rela diajak menginjak genangan air hujan saat harus melangkah dengan jinjit untuk melewatinya, tapi tak keberatan mendahulukan bagian hak saat menginjak karpet tebal, hak sepatu setia menyangga berat tubuh sebanyak pemiliknya mau, sementara bagian atas menunjukkan model dan kilau, tapi semuanya adalah satu.
Berterima Kasihlah pada Diri Sendiri
Hentakan kaki dalam emosi marah akan dirasakan sepatu, jalan dengan bahagia dan ringan memberikan vibrasi langkah yang berbeda, jalan saat kecewa menunjukkan energi yang setara. Ayah Tria mengatakan bahwa baginya merawat sepatu dengan baik adalah bentuk rasa terimakasih dan menghargai peran yang sudah dijalankan maupun yang akan dibawakannya. Bahwa kemudian terlihat bagus dan awet, itu adalah bonus yang mengikuti. Sambil menyemir sepatu, ayah Tria juga akan bertanya pada diri, apakah sudah melakukan yang setara untuk berterimakasih dan menghargai dirinya. Kalau sepatu adalah alas dan pembungkus kaki yang punya, bagaimana dengan badan yang merupakan bentuk kasat mata dari jiwa pemiliknya. Sepatu dikenakan beberapa jam saja, sedangkan badan bekerja duapuluh empat jam sehari tanpa henti termasuk saat rehat.
Satu persatu undangan datang. Waiter dan waitress keliling dengan nampan berisi juice dan canape bertopping salmon. Musik live dengan lagu To Love You More dari Celine Dion yang punya tema keroncong itu memberi suasana Indonesia yang santai tapi classy. Tria bergabung dengan teman dan relasinya. Pembawaannya yang terbuka memudahkannya untuk membaur dan mendapatkan kenalan baru.
Di perjalanan lalu lintas pulang yang lengang, kendaraannya meluncur dengan mulus. Malam itu Tria merasakan ada perubahan dalam sudut pandangnya tentang pesta dan makna ulang tahun. Tria juga menemukan bahwa pola merawat sepatu dan proyeksi diri itu juga dapat diterapkan di pribadi dan ruji roda hidupnya yang lain, dan itu mengantarnya tidur pulas. (SA)