Fenomena saat ini banyak orang justru asyik memeriksa gadget-nya selama makan malam. Ketika kita punya waktu luang satu atau dua jam, jarang sekali kita menggunakannya untuk melakukan komunikasi yang berarti.
Sehatalami.co ~ Sebagai mahluk sosial yang membutuhkan orang lain, berinteraksi dengan sesama manusia adalah salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi. Dan interaksi zaman sekarang ternyata tidak hanya dapat dilakukan lewat tatap muka, tapi juga lewat tulisan. Karena itulah, wajar jika teknologi tinggi yang dapat memfasilitasi manusia untuk berinteraksi, baik secara lisan maupun tulisan – telepon, email, chatting, Skype, dan sebagainya – cepat berkembang.
“Pada dasarnya kita lebih nyaman berkomunikasi dengan orang-orang yang kita kenal. Tidak mengherankan, jika kerap kita melihat dua orang yang sedang duduk berdampingan, menunggu kereta api lebih asyik chatting dengan temannya melalui gadget daripada ngobrol dengan orang di sebelahnya,” ujar Octaviani Indrasari Ranakusuma, Psi, BA (Hon), MSi, dosen Fakultas Psikologi Universitas YARSI, Jakarta.
Saatnya untuk waspada!
Sayangnya, keasyikan kita berinteraksi di dunia maya berlanjut juga di tempat-tempat yang seharusnya dimanfaatkan untuk berinteraksi antar manusia secara nyata. Sebagai contoh, di acara silaturahmi keluarga, semua orang malah asyik dengan handphone-nya masing-masing.
Daniel Menaker, penulis buku Good Talk: The Story and Skill, mengatakan, “Banyak orang justru asyik memeriksa gadget-nya selama makan malam. Ketika kita punya waktu luang satu atau dua jam, jarang sekali kita menggunakannya untuk melakukan komunikasi yang berarti.”
Tak bisa dipungkiri, sekarang ini waktu untuk bertemu, bertatap muka, saling bertukar kata, dan juga bersentuhan, justru terasa seperti “barang mewah”. Kedengarannya mungkin wajar saja, tapi nyatanya, ada beberapa ancaman di balik keasyikan kita berkencan dengan gadget berteknologi tinggi serta kurang mementingkan interaksi langsung dengan orang-orang di dekat kita. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Ancaman1: Hilangnya keintiman, banyak orang merasa diabaikan
Kate Borick dalam tulisannya, Endangered Art, mengatakan, “Saat kita sedang jatuh cinta, atau berusaha menjalin persahabatan dengan seseorang yang baru kita kenal, percakapan yang kedengaran tidak penting pun sebenarnya sangat berguna dalam membangun kedekatan hubungan.
Ditambahkan Daniel Menaker, tindakan seseorang yang memilih untuk terus menatap gadget miliknya ketimbang mata orang yang sedang berbicara dengannya bisa memunculkan interpretasi yang rawan konflik. “Ia seolah menyampaikan pesan: orang yang bersama saya tidak cukup penting untuk mendapatkan perhatian penuh dari saya,” katanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sherry Turkle, profesor di bidang social studies of science and technology di Massachusetts Institute of Technology menemukan bahwa makin banyak anak remaja yang merasa tidak mendapat perhatian dari orang lain.
Solusi: “Selain teknologi, manusia membutuhkan orang yang selalu ada untuk mereka,” kata Turkle.
Ancaman 2: Hilangnya kesempatan untuk belajar tentang kehidupan
Kate Borick juga mengatakan bahwa berbincang-bincang dengan orang lain sebenarnya adalah sarana untuk belajar tentang dunia. “Berbicara dengan orang lain akan memperkaya sudut pandang kita, sekaligus membantu kita untuk mengingat kembali pengalaman-pengalaman di masa lampau yang berguna untuk kehidupan kita selanjutnya,” katanya.
Ditambahkan oleh Menaker, “Percakapan berperan penting dalam mengembangkan kebijaksanaan tentang diri sendiri dan orang lain.” Ia melanjutkan, “percakapan memungkinkan kita untuk memikirkan sebuah ide atau pendapat secara spontan, dan lewat proses itu kita bisa tahu apa yang kita pikirkan, dan pada saat yang sama memahami pemikiran orang lain.
Solusi: Clifford Nass, seorang sosiolog dari Universitas Stanford, penulis The Man Who Lied to His Laptop: What Machines Teach Us About Human Relationship mengatakan bahwa interaksi sosial yang dilakukan antarmanusia dengan saling bertatap muka memang sulit dilakukan, tapi ada waktunya ketika kita harus memaksakan diri untuk melakukannya. “Kita juga harus belajar cara berbicara dengan orang lain, atau kita tidak akan belajar apa pun,” kata Nass.
Ancaman 3: Hilangnya empati dan rawan konflik
Tak hanya menimbulkan kesan tidak sopan atau tidak peduli, terlalu asyik dengan gadget daripada dengan lawan bicara dapat menghilangkan kesempatan untuk menangkap tanda-tanda nonverbal dalam proses interaksi. Padahal, memerhatikan ekspresi wajah orang lain untuk mengetahui emosinya merupakan komponen penting dalam proses berempati ke orang lain, demikian Dan Hill, President of Sensory Logic, sebuah perusahaan peneliti perilaku pasar.
Octa menambahkan, “Bahasa tubuh dan ekspresi wajah merupakan social cues yang bisa ditangkap dan diolah oleh lawan bicara sehingga dapat memberikan respons/reaksi yang tepat. Hal inilah yang tidak ada di dunia maya.”
Komunikasi digital juga seringkali menimbulkan kebingungan karena kadangkala penerima email menerima pesan dengan makna atau nuansa yang berbeda dengan yang dimaksudkan oleh pengirimnya. “Karena setiap orang berinteraksi/berkomunikasi dengan interpretasinya masing-masing; situasi ini bisa memicu timbulnya konflik, “ kata Octa.
Solusi: Octa mengatakan bahwa manusia selalu dapat menemukan cara untuk menunjukkan keunikannya. “Bisa digunakan icon, singkatan, atau cara menulis yang secara tata bahasa dianggap kacau tapi terasa tepat menggambarkan diri atau emosi penulisnya,” kata Octa.
Tak hanya itu, Octa juga mengatakan bahwa teknologi terus-menerus berkembang ke arah multimedia, yang menghindarkan manusia dari konflik akibat kesalahpahaman. “Sekarang tidak sulit untuk ngobrol dengan teman dan melihat ekspresi wajahnya melalui fasilitas multimedia seperti Skype,” tutur Octa.
Ancaman 4: Mental mencari jalan pintas berkembang pesat
Octa mengatakan bahwa kaum muda digital yang lahir tahun 1977-1990-an, yang sedari kecil sudah akrab dengan gadget yang bisa menyediakan segalanya secara instan, ternyata memiliki karakter yang khas the world is at their fingertip.
“Mau makan tinggal tekan tombol untuk pesan antar, tidak perlu masak. Mau mencari tahu kabar terbaru tinggal tekan tombol remote TV. Butuh teman untuk ngobrol tidak perlu mendatangi rumahnya, cukup tekan icon di smartphone atau di layar monitor…,” kata Octa.
Ia menambahkan bahwa kaum muda digital menginginkan segala sesuatu berproses dengan cepat dan juga diperoleh dengan cepat. Sisi negatifnya, banyak yang lebih memilih jalan pintas daripada berusaha. “Kasus plagiarisme marak di kampus karena para mahasiswa memilih untuk copy dan paste (‘copas’) informasi yang mereka dapat di Internet dan mengakuinya sebagai kreasi dirinya,” katanya.
Solusi: Kaum muda digital bergerak lebih cepat dan lebih sigap, jejaring di dunia maya yang lebih luas dan lebih akrab juga memberikan keuntungan tersendiri, kata Octa. Jika kecepatan jaringan yang kuat ini dimanfaatkan dengan baik, tentu hasilnya juga akan optimal.
“Melalui dunia maya, mereka dengan cepat bisa mendeteksi masalah yang ada dalam masyarakat dan kemudian membuat suatu gerakan sosial seperti gerakan mengumpulkan dana untuk membantu anggota masyarakat yang sedang ditimpa kemalangan, seperti pada kasus Prita dan Bilqis,” ungkap Octa.
Selalu ada sisi positif
Meski ada ancaman di balik keberadaan teknologi komunikasi modern, tentu tak berarti kita harus menghindarinya sama sekali. Sama seperti koin yang punya dua sisi, kemajuan teknologi pun punya sisi positifnya. “Pada dasarnya. teknologi ada untuk memudahkan kehidupan manusia,” kata Octa. Tentu ada yang bisa kita lakukan untuk dapat memanfaatkan kemajuan teknologi secara optimal, tanpa terlena pada sisi negatifnya.
“Dalam perkembangan zaman selalu ada perubahan yang membuat generasi yang hidup di dalam zaman tersebut harus melakukan adaptasi. Apakah teknologi itu akan menggilas atau membantu, sangat tergantung pada sang ‘operator’.
Kepribadian yang matang ditambah lingkungan pergaulan yang positif akan membuahkan individu yang semakin matang. Sebaliknya, kepribadian yang lemah dengan lingkungan pergaulan yang negatif akan membuat individu tergilas oleh perkembangan teknologi,” pungkas Octa. (SA)