Apa sih yang membuat sebuah usaha maju? Mungkin pertanyaan itu banyak muncul di benak orang-orang, yang ingin memulai sebuah usaha. Tentu saja salah satunya cara pemasaran dan nilai-nilai perusahaan.
Sehatalami.co ~ Banyak usaha yang mendunia karena nilai-nilai yang dianutnya, ada juga karena inovasi dalam pemasarannya. Salah satunya adalah Javara. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pangan lokal dari berbagai daerah di Indonesia yang saat ini telah merambah manca negara. Produk Javara sudah mengisi rak-rak supermarket di Amerika Serikat, Jepang, Belgia, dan Singapura dan lain sebagainya.
Dengan nilai ethical trade-nya sekaligus inovasi pemasaran, Javara berhasil memperkenalkan Indonesia lewat eksotika makanannya. Di bawah bendera PT Kampoeng Kearifan, Javara sudah merambah di 2000 supermarket di dalam dan luar negeri . Ada beberapa jenis produk yang dipasarkan mulai dari beras, tepung dari sukun, ubi ungu, singkong, ganyong, garut, gula nila kelapa, madu, garam, rempah-rempah, hingga kacang mede (cashew nut). Semuanya organik.
Tak cuma organik, tapi indegenius Indonesia
Berbicara Javara tidak sekedar berbicara pangan organik. Ada hal yang unggul menyangkut produk Javara. Produknya tidak semata-mata organik, tetapi betul-betul indegenius Indonesia. Di dalamnya ada hal pembeda dengan pangan organik yang selama ini ada. “Setelah kami berinteraksi dengan petani, ternyata yang namanya organik itu lebih sempit dari kearifan lokal. Kalau pertanian yang berbasis kepada kearifan lokal, sudah pasti organik. Tetapi organik belum tentu arif,” jelas Helianti Hilman pendiri sekaligus ownerdari Javara dan PT kampoeng Kearifan.
Helianti mencontohkan, kalau produk organik itu pasti pertanyaannya simpel. Tanahnya terkontaminasi tidak? Sumber airnya dari mana? Benihnya dari mana? Pupuknya pakai kimia atau tidak? “
Tetapi, katanya, “Kalau kearifan lokal itu tidak sama. Ada hal-hal mendasar yang membedakan. Kearifan lokal itu selalu berbicara bahwa bumi, tanaman dan manusia adalah satu kesatuan utuh. Seorang petani garut berhasil membuka mata saya akan hal tersebut. Saya pernah diajak ke sawah dan ditanya, apakah mood saya baik atau tidak.
Kalau tidak mending nggak usah ke sawah, nanti akan berpengaruh pada rasa padi. Ini yang tidak pernah didapat di pengertian organik secara umum. Tidak pernah ditanya apakah sedang mood atau tidak ketika menanam,” katanya. Bagi petani, bumi adalah Ibu dan langit adalah Bapak. Bertani sama dengan melakukan silaturahmi dengan alam, nggak ada jarak antara bumi dan tanaman,” ceritanya.
Jawaranya Pangan Organik
Secara bahasa, javara itu artinya juara. Nama ini diambil dari bahasa Sansekerta, Jawara. “Kan dalam bahasa sanskrit antara huruf w dan v bisa ditukar. Saya pilih pakai huruf v karena kalau w kesannya kayak preman,” ungkapnya terkekeh. Helianti menambahkan bahwa produk yang diangkatnya adalah produk yang the best-nya Indonesia.
Javara berdiri tahun 2008 akhir, mulai beroperasi April 2009. Mulanya masih mencari bentuk. “Dulu memang saya masih mencari bentuk, tapi sekarang sudah ketemu sehingga ada percepatan yang luar biasa dari berbagai segi. Mulai dari jumlah petani, produk, intervensi pasarnya,” ujar Helianti.
Ia berkisah bahwa pada awalnya hanya fokus di beras, sekarang telah mencapai 800 produk yang terbagi menjadi 13 group produk, mulai dari rice, bean, nuts, noodle, snack, coffe dan lain sebagainya.
Javara sendiri dalam perkembangannya mengalami transformasi. Di awal, bicara organik, kemudian berpindah menjadi kearifan lokal, kemudian berkembang menjadi industri yang mengejar pasar. “Namun kini berubah menjadi lebih artisional. Dan ini lawannya industri. Barangnya sedikit tetapi punya nilai seni. Di samping kemasannya, cara menanamnya juga mempunyai seni tersendiri. Ada pergeseran juga bagi javara, yang tadinya fungsi marketer menjadi problem solver,” kata Helianti.
Awalnya Javara berangkat dari sisi ethical trade. Ethical yang pertama kembali ethicality pada Tuhan, yaitu tidak berbohong, tidak mengambil hak yang bukan haknya, tidak mengurangi takaran. Kalau kita berbuat susaatu yang Tuhan tidak berkenan itu menjadi tidak nyaman. Kedua ethicality pada produsen atau petani dengan membela hak-haknya. “ Kalau tidak ada mereka kita mau jualan apa,” ungkap Helianti.
Ketiga, ethicallity kepada konsumen. Alasannya konsumen memerlukan produk yang lebih baik, maka diperlukan produk yang memperhatikan kualitas yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Javara tidak hanya menjual produk tetapi juga ada nilai edukasi. Bagaimana konsumen semakin mengerti dengan produk yang berbasis kearifan lokal. (SA)