Kedua dendrit, yaitu perpanjangan dari ujung-ujung badan sel. Sebuah sel saraf bisa memiliki 200 dendrit. Ketiga, akson yang bentuknya memanjang, sehingga menyerupai tangkai dari sel saraf. Sebagian besar akson dilindungi semacam selaput dari lemak, yaitu yang dikenal sebagai mielin.
Selain sel saraf, di dalam otak dan sistem saraf pusat terdapat sel glia. Sel ini bertugas melindungi, memberi dukungan dan memberi makan kepada sel saraf. Caranya, dengan mengalirkan kebutuhan zat gizi yang diperlukan. Dengan demikian, proses tumbuh kembang sel saraf berjalan dengan baik dan dapat berfungsi menghantarkan pesan (perintah).
ASI untuk Kecerdasan
Menurut dr. Utami Roesli, SpA, MBA., IBCLC, dari The Jakarta Women and Children Clinic dan Sentra Laktasi Indonesia, ASI mengandung zat-zat gizi yang secara khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak.
Zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi antara lain asam lemak esensial. Ada asam lemak yang harus dipenuhi dari luar tubuh, yakni asam linoleat dan asam alfa-linolenat. Kedua asam lemak esensial ini di tubuh bayi diubah menjadi DHA (asam dokosaheksanoat) dan AA (asam arakhidonat).
Menurut dr. Utami, jika bayi mendapat DHA dalam jumlah yang cukup, proses pembentukan otak serta pematangan sel-sel saraf di otak akan berjalan baik. Proses itu terjadi saat bayi tidur nyenyak.
Kedekatan dan hubungan batin yang terjalin kuat antara ibu dan bayi ketika memberikan ASI, merangsang perkembangan kemampuan kognitif bayi.
Sedangkan kadar DHA dalam ASI yang sesuai dengan kebutuhan tubuh bayi, memungkinkan proses plastisitas (pembentukan hubungan baru di antara sel-sel saraf) berjalan optimal. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan kecerdasan berbahasa yang baik serta IQ (intelegence quotient ) yang tinggi. (SA).