Mendidik dengan cara mengancam bahwa Tuhan akan marah adalah pendekatan yang justru bisa menjauhkan anak dari Tuhan.
Pertanyaannya, bagaimana anak bisa menangkap pesan moral ini dengan baik dan benar? Tokoh pendidikan Prof Dr Arif Rachman, MPd, memiliki pandangan bahwa menyampaikan pengetahuan moral dan agama kepada anak harus hati-hati. Mendidik dengan cara mengancam bahwa Tuhan akan marah adalah pendekatan yang justru bisa menjauhkan anak dari Tuhan. Padahal, semestinya, di usia-usia awal, anak perlu ditunjukkan bahwa Tuhan adalah kekuatan yang penuh kasih sayang, sebab substansi dari ajaran agama adalah kasih sayang – rahmatan lil alamin.
Bagaimana caranya? Mengenalkan Tuhan pada tahun-tahun pertama anak adalah dengan melimpiahi kasih sayang. Memberi dan melayani apa yang dibutuhkan. Dengan begitu si anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang penyayang, penuh kasih, toleransi dan peduli dengan sesama, sehingga kelak setelah dewasa bisa lebih mudah merasakan kasih sayang Tuhan.
Terkait dengan ini, Dr Robert Coles juga memiliki pandangan bahwa ajaran agama atau moralitas tidak bisa dilepaskan dari kehidupan nyata sehari-hari. Sebaliknya, pendidikan moral adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dengan agama, apapun itu. Lebih jauh, ia menekankan, “Kecerdasan moral berarti bagaimana kita berperilaku. Itulah yang perlu diajarkan. Selanjutnya bisa dilihat apakah perilaku dapat mencerminkan moralitas yang baik dalam kehidupan sehari-hari, ” tulis Dr Robert Coles.
“Kecerdasan moral berarti bagaimana kita berperilaku. Itulah yang perlu diajarkan. Selanjutnya bisa dilihat apakah perilaku dapat mencerminkan moralitas yang baik dalam kehidupan sehari-hari, ” tulis Dr Robert Coles.
Rini Hildayani, M.Si, Psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, menuturkan, agar mudah diterima dan dijalankan, ajaran moralitas agama sebaiknya diperkenalkan seperti ritual lain dalam kehidupan sehari-hari. Seperti bersyukur, berterima kasih, menghargai teman, kebiasaan baik seperti mencintai lingkungan, tidak membuang sampah di sembarang tempat, atau bagaimana menjaga kebersihan tubuh dengan membiasakan mandi, gosok gigi, dan lain-lain.
Ajaran moralitas kepada anak-anak juga seyogyanya disampaikan dengan cara-cara yang menyenangkan. Menurut Rini Hildayani, M.Si, anak senang sekali meniru, oleh karena itu orantua perlu menjadi model yang baik bagi anak-anak dalam mengajarkan nilai-nilai moral. “Lebih penting mengajarkan moral melalui tindakan langsung ( teladan) dari pada pemberian nasihat atau kata-kata,” katanya.
“Ajaran moralitas kepada anak-anak juga seyogyanya disampaikan dengan cara-cara yang menyenangkan.”
Bisa juga melalui kegiatan yang disukai anak, seperti kegiatan bermain atau sambil membacakan cerita atau dongeng tentang kisah-kisah para nabi dan rasul atau sambil menonton serial film kesukaan anak yang sedang popular, seperti Thomas, Barney. Dengan cerita-cerita yang disukai oleh anak ini, orangtua bisa mengajarkan tentang konsep kebaikan universal tentang : bagaimana membedakan mana yang baik dan buruk, jahat dan kesatria, indah dan mulia, jujur, bohong, dan nilai-nilai moralitas lainnya. ( bersambung)