Sebuah riset membuktikan, musik dapat mempengaruhi pembentukan gigi dan tulang rahang pada anak tikus wistar. Untuk manusia?
Sehatalami.co ~ Selain meningkatkan kecerdasan anak dan membantu relaksasi, musik ternyata dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi dan tulang rahang. Ini temuan drg. Ria Puspita dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (UI).
Dalam risetnya yang dipresentasikan pada sidang ujian terbuka program dokter FKG UI, 31 Juli 2008, drg. Ria menyatakan, musik dapat mempengaruhi proses pertumbuhan jaringan keras pada binatang (tikus) di laboratorium.
Stimulasi musik yang harmonis, dapat memicu pembentukan gigi dan mandibula (tulang rahang) anak tikus wistar menjadi lebih baik dan berkualitas. Jenis musik yang dipakai dalam riset adalah musik klasik, barok dan romantik.
Yang diperdengarkan adalah lagu-lagu karya Mozart, Antonio Vivaldi, Sebastian Bach, Johan Strauss, Brahms dan Debussy. Musik diperdengarkan secara teratur selama 1,5 – 2 jam sesuai karakternya. Musik yang membangkit semangat, diputar ketika tikus bangun tidur. Lagu-lagu Brahms dan Debussy, diputar sebagai pengiring menjelang tidur.
Kelompok tikus pendengar musik mendapatkan lagu-lagu tersebut sejak masa kehamilan (gestasi) hari pertama hingga usia 1, 2 dan 5 minggu. Selama penelitian, tikus diberi asupan makanan standar berbentuk pelet dengan kandungan protein berbeda, namun jumlah kalorinya sama.
Pengaruh musik terhadap pertumbuhan
Pengaruh musik terhadap kualitas dan pertumbuhan gigi dan tulang rahang, diukur dan diteliti melalui metode analisis makro, seluler dan teknologi nano. Ditunjang dengan pengukuran kandungan kalsium dan fosfor pada permukaan email gigi dan tulang rahang anak tikus. Dilakukan analisis kristal hidroksiapatit, untuk mengetahui peningkatan kekuatan jaringan keras.
“Pertumbuhan gigi dan rahang kelompok tikus yang mendengar musik, lebih cepat dan lebih aktif. Dengan musik, pertumbuhan gigi dan rahang anak tikus menjadi optimal. Dari segi kualitas, gigi dan rahangnya juga lebih baik,” katanya.
Penelitian ini juga mengungkapkan, kelompok tikus dengan paparan musik dan asupan nutrisi normal, kualitas serta pertumbuhan gigi dan mandibulanya lebih baik dari kelompok tikus dengan nutrisi normal tanpa musik. Sementara pada kelompok tikus dengan asupan gizi rendah, anak tikus dengan paparan musik memiliki pertumbuhan dan kualitas gigi lebih baik, dibandingkan yang tanpa paparan musik.
Bagaimana pada manusia? Menurut drg. Ria, musik dapat mempengaruhi proses dan tahapan pembentukan organ. Juga, membuat setiap proses tahapan pembentukan menjadi lebih teratur. “Dalam bidang psikologi, terapi musik sering dikaitkan untuk tujuan membentuk perilaku dan kejiwaan yang baik. Yang baru, di sini musik juga dapat mempengaruhi manusia secara fisik. Musik dapat mempengaruhi manusia melalui dua alur: hubungan tubuh-pikiran (berkaitan dengan pengeluaran hormon) dan alur fisik atau material,” jelasnya.
Paparan musik tidak menimbulkan efek samping dan tidak bersifat invasif. Sosialisasi dan pemanfaatan musik sebagai terapi atau sebagai media penunjang tercapainya kesehatan dan pertumbuhan fisik atau jaringan keras yang optimal, perlu dimulai sedini mungkin. (SA)