- Kandungan unsur dalam tanaman seperti fito-enzim, fito-hormon diyakini sama dan sebangun dengan unsur penyusun tubuh manusia. Karena itu gangguan pada tubuh manusia bagian atas (misalnya di kepala) cocok diobati dengan bagian atas tanaman (misalnya buah atau bunga).
- Juga, gangguan di bagian tubuh bawah (misalnya kaki) pas jika diobati dengan tanaman bagian bawah (misalnya umbi atau akar). Ini salah satu aspek penyembuhan dengan herbal yang akan menjadi bagian penting dalam ‘terapi masa depan’.
Sehatalami.co ~ Seorang ibu pengidap myoma/tumor di rahimnya mengeluh katanya sudah lelah berobat dengan minum ‘obat apotik’. Walau sudah mengkonsumsi obat lebih dari 2 tahun, dia mengaku keluhannya belum hilang.
Khawatir akan efek obat apotik pada ginjalnya, demikian pengakuannya, ia bermaksud ‘banting stir’ untuk mengkonsumsi obat-obatan herbal, atau yang berasal dari tanaman. “Tentu lebih aman, karena tidak akan ada efek sampingnya,” demikian alasannya.
Dalam praktik pengobatan sehari-hari, pengobatan dengan tanaman obat memang sudah sangat populer dalam masyarakat kita. Selain dianggap sebagai warisan nenek moyang, tak ayal lagi, banyak yang beralasan yang sama dengan ‘ibu myoma’ tadi. Benarkah terapi herbal lebih aman ?
Sama, unsur kimiawi tubuh dan tumbuhan
Herba dan bahan alami dan selalu diasumsikan aman untuk dikonsumsi. Ini tidak benar sama sekali. Dalam menggunakan bahan herba (berasal dari tanaman ) untuk pengobatan, banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Seorang terapis yang memberi pengobatan herba setidaknya sudah mampu memahami herba yang dipilih, cara kerjanya, efek apa yang akan terjadi pada sistem tubuh yang dituju jika herba tersebut diberikan pada seorang pasien. Selain itu terapis juga harus tahu apakah ada pengaruh pada sistem tubuh lainnya diluar sasaran yang akan dituju (efek ameliorasi/perbaikan atau efek aggravasi/pemburukan).
Menggunakan terapi herba berarti menggunakan bahan dasar dengan kandungan yang ada di dalam tumbuhan tersebut. Dengan perkataan lain, memanfaatkan kandungan atau bahan kimia aktif yang ada dalam unsur tanaman tersebut (fito-kimiawi). Karena berkaitan dengan unsur kimiawi maka dibutuhkan takaran atau dosis yang tepat untuk menggunakannya.
Ada hal-hal yang sangat menarik yang pernah diteliti, diulas, dan dibahas oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman Dietrich Gumbell, bahwa di dalam tanaman terdapat unsur fito-enzim, fito-kimia, fito-hormon, fito-reseptor, dan fito-neuron yang sama dan sebangun dengan apa yang ada di dalam tubuh mahluk hidup termasuk manusia.
Lebih jauh Gumbell juga meneliti bahwa di antara manusia dan tumbuhan ada kesamaan bentuk yang berefek pada aspek penyembuhan, yaitu bagian tubuh atas, tengah, bawah sepadan dengan bagian tanaman atas, tengah, maupun bawah.
Menurut pengamatan Gumbell, setidaknya ini merupakan sebuah kecenderungan, bahwa jika ada gangguan kesehatan pada tubuh bagian atas (misalnya sakit kepala) maka bagian tanaman atas juga (buah, bunga) bisa menjadi penyembuhnya.
Dengan adanya kesamaan unsur kimiawi tubuh dan tumbuhan, diperlukan pengamatan yang seksama dan ketepatan yang akurat sebagai obat untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Mengobati dan memberdayakan tubuh
Dalam penggunaan herbal sebagai sarana pengobatan sebagaimana yang kita lihat di masyarakat luas selama ini, kita temukan 2 paham. Pertama, yang mengasumsikan bahwa konsep pengobatan dengan herbal adalah untuk mengobati atau menghilangkan gejala sakit.
Ini hampir sama dengan konsep pemberian obat-obatan seperti yang dilakukan oleh para dokter konvensional, memberikan preparat herba untuk melawan atau membunuh penyakit yangmenyerang tubuh. Sebagian besar masyarakat termasuk dokter adalah penganut paham ini.
Paham kedua adalah konsep penggunaan herbal dengan prinsip meningkatkan dan memberdayakan sistem kekuatan penyembuhan alami tubuh (the healing force) sehingga sistem tubuh mampu bekerja secara optimal (revitalization).
Dengan kuatnya dan optimalnya fungsi tubuh tersebut secara tidak langsung tubuh mampu melawan, membunuh, dan mengantisipasi serangan-serangan atau invasi-invasi yang masuk yang mengganggu tubuh. Dengan perkataan lain dengan kuatnya sistem tubuh maka tubuh akan mampu untuk menyembuhkan dirinya sendiri sehingga akan diperoleh tingkat kesehatan yang lebih optimal.
Prinsip menggunakan herba dalam terapi
Ilmu Kedokteran Naturopati menganut konsep penatalaksanaan yang kedua tersebut bahkan menjadi filosofi dasar penggunaan herba dalam penyembuhan penyakit.
Arti sebenarnya dari naturopati adalah naturo berasal dari kata natural yang berarti alami, path berasal dari kata pathway yang berarti jalan atau lintasan. Naturopati berarti jalan alami. Secara rinci arti Ilmu Kedokteran Naturopati adalah suatu bidang ilmu kedokteran yang dalam melakukan proses pencegahan, penyembuhan, peningkatan kesehatan dll. adalah dengan cara memberdayakan dan memperbaiki fungsi-fungsi alami tubuh.
Fungsi alami tersebutlah yang harus diperbaiki bukan hanya sekedar membunuh atau meredam gejala yang timbul atau yang tampak. Sebagaimana prinsip praktis Ilmu Kedokteran Naturopati tidak mengatasi disease tetapi lebih mementingkan penatalaksanaan dis-ease (ketidak-selarasan). Bila tubuh tidak selaras maka akan muncul penyakit, berarti munculnya penyakit tersebut akibat ketidakselarasan fungsi atau sistem tubuh.
Disinilah titik tolak atau pangkal permasalahannya. Bila pendekatan yang dilakukan hanya penumpasan penyakit, maka yang kita lihat adalah apa yang terjadi atau apa yang terlihat sehingga penatalaksanaan yang dilakukan hanya meredam atau mengatasi gejala yang timbul bukan mencari kenapa penyakit bisa muncul.
Bahan-bahan alami mempunyai kemampuan untuk memberdayakan dan meningkatkan fungsi alami tubuh sehingga terjadi keselarasan. Dengan perkataan lain bahan alami (apakah itu herba atau yang lainnya) tidak untuk mengobati tetapi lebih tepat dikatakan untuk meningkatkan fungsi alami tubuh dengan melakukan revitalisasi terhadap fungsi atau sistem yang lemah atau tidak selaras tersebut. Dengan selarasnya kembali fungsi dan sistem tersebut maka tubuh akan mampu melakukan perlawanan dengan sendirinya. (SA)
Sumber: Dr.Amarullah H.Siregar DIHom, DNMed, MSc, Ph.D