“Kalau kita bukan orang sembarangan, maka jangan buang sampah sembarangan. Kita harus berpandangan bahwa alam adalah komponen di dalam diri kita. Sebenarnya partikel-partikel di tubuh kita itu adalah bagian dari alam. Kalau Kita tidak mengenal alam, maka kita tidak akan tahu siapa diri kita.”
Mungkin Anda tidak akan mengira kalau kata-kata yang sedikit flosofs ini diucapkan oleh gadis yang baru berusia 18 tahun. Ya, kalimat bijak ini terlontar dari mulut Amilia Agustin. Alam bagi Amilia tidak hanya sekedar untuk dinimati, tetapi juga dicintai. “Ketika kita memberikan yang terbaik kepada alam, maka alam akan memberikan kita juga yang terbaik, “ kata Amilia.
Lincah, cerdas dan lugas. Begitu kira-kira gambaran ketika mengenalnya dari dekat. Ratu Sampah Sekolah, begitu julukannya. Namun kiprahnya tidak hanya terhenti di sampah. Ia juga aktif mendidik anak-anak jalanan, anak sekolah dasar bersama dengan rekan-rekannya untuk peduli terhadap lingkungan lewat jalur pendidikan. Bersama dengan 28 teman di komunitas Bandung Bercerita, ia berkampanye lingkungan ke beberapa sekolah.
Pemberdayaan Ibu-Ibu untuk Tabungan Anak Sekolah
Tidak hanya memberdayakan teman-teman sekolahnya, Ami pun mengajak ibu-ibu warga di sekitar sekolah membuat kerajinan mendaur ulang sampah. Ia memanfaatkan satu mesin jahit. “Sistemnya bagi hasil,” katanya. Berkat beragam kegiatan ini, Ami mendapat dana apresiasi sebesar Rp 40 juta dari Satu Indonesia Award, program penghargaan untuk kaum muda dari Tempo Institute bekerja sama dengan Astra, tahun lalu Menurut Ami, uang itu akan ia belikan lima mesin jahit untuk pengembangan usaha ibu-ibu dan satu unit sepeda untuk perpustakaan keliling bagi anak-anak jalanan di daerah Tegal Lega.
Amilia dan teman-temannya juga melakukan pembinaan pengolahan sampah di kampung dan desa, sehingga masyarakat bisa mendaur ulang sampah menjadi barang-barang bermanfaat yang bisa dijual, seperti kerajinan tangan dan pupuk kompos, yang hasilnya dimanfaatkan sebagai uang tabungan bagi anak-anak mereka untuk bersekolah.
Omset dari kegiatan itu cukup lumayan. ”Rata–rata per orang dapat 500 ribu rupiah per bulan. Itu sudah termasuk untung bersih. Kalau saya sudah terima uangnya, langsung saya bagikan kepada mereka melalui tabungan untuk sekolah anaknya. Saat ini ada 30 ibu-ibu. ,” jelas Amalia. Menurut Amalia per bulan, ibu –ibu ini bisa menghasilkan kurang lebih 3 hingga empat tas dengan bahan daur ulang. Selain itu ada juga produk karpet, sajadah, tirai dan masih banyak lagi. “ Namun produk yang paling diminati adalah tas dan dompet,” jelasnya.