Hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) di Jakarta, ditemukan sejumlah produk pangan memakai formalin sebagai pengawet. Produk pangan berformalin itu dijual di sejumlah pasar dan supermarket di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, dan Bekasi.
Sehatalami.co ~ Peringatan penting bagi orangtua bahwa sebenarnya bukan hanya formalin dan boraks saja temuan yang didapat dari penelitian yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) RI, di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia, pada jajanan anak-anak.
Hasil pengawasan BPOM tahun 2008-2010 terhadap sampel pangan jajanan sekolah menunjukkan bahwa 40-44% jajanan anak tidak memenuhi syarat. Hal tersebut disebabkan karena adanya penyalahgunaan bahan berbahaya serta cemaran mikroba dan bahan tambahan pangan yang melebihi batas. Permasalahan ini mengindikasikan kurangnya pengetahuan, kepedulian, atau kesadaran para pembuat, penjual dan pembeli akan pentingnya keamanan pangan (BPOM, 2014).
Berdasarkan hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) di Jakarta, ditemukan sejumlah produk pangan memakai formalin sebagai pengawet. Produk pangan berformalin itu dijual di sejumlah pasar dan supermarket di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, dan Bekasi. Adanya bahan aditif dan pengawet berbahaya dalam makanan ini sebenarnya sudah lama menjadi rahasia umum.
Tetapi masalah klasik tersebut kembali menjadi pembicaraan hangat akhir tahun ini karena temuan Balai POM. Fakta ini lebih menyadarkan masyarakat bahwa selama ini terdapat bahaya formalin yang mengancam kesehatan yang berasal dari konsumsi makanan sehari-hari (Judarwanto, 2011)
Dari sample jajanan anak di 13 sekolah di Jakarta (tahun 2002) milsanya, terdapat juga bahan-bahan berbahaya yang lain seperti pewarna tekstil, pemanis buatan, pengawet, bahkan bakteri E.coli.
Perilaku anak terkait dengan kebiasaan jajan?
Penelitian Prof. Hiroshi Osawa dari Universitas Iwate, Jepang tahun l984, menunjukkan perilaku kekerasan pada remaja Jepang diakibatkan oleh konsumsi minuman ringan dalam kaleng atau botol serta junkfood yang terlalu banyak.
Dari penelitian tersebut juga ditemukan hubungan antara perilaku pemarah serta penurunan daya konsentrasi otak dengan ketidakseimbangan metabolisme glukosa pada otak. Ketidakseimbangan ini erat kaitannya dengan konsumsi gula dan karbohidrat olahan yang berlebihan.
Bagi anak yang sensitif, mengkonsumsi pengawet serta pewarna makanan sintetis bisa mencetuskan gejala alergi baik pada tubuh maupun otaknya, selain gejala diare. Alergi pada zat aditif atau zat makanan tertentu pada makanan bisa mempengaruhi suasana hati, perilaku, dan proses berpikir. Bahkan dalam jangka panjang akan meningkatkan risiko kanker.
Pengaruh tersebut dapat melalui beberapa cara, yaitu mempengaruhi aktivitas otak atau mengacaukan pembentukan serta pengeluaran neurotransmitter yang memodifikasi suasana hati. Atau bisa menghambat aliran neurotransmitter sehingga saraf penerima pesan tidak dapat memahami sinyal listrik atau mempengaruhi enzim yang mengatur aktivitas neurotransmitter.
Gejala atau efek yang ditimbulkan oleh zat pencetus alergi bisa bervariasi, misalnya anak menjadi kurang bergairah belajar, sulit berkonsentrasi, meningkatnya kenakalan, mudah mengantuk, mudah cemas, serta menurunnya daya ingat. Karena gejalanya tidak jelas, banyak orangtua yang sama sekali tidak menduga bahwa sumber masalah itu berasal dari jajanan anak.
Selain mencermati jajanan, para orangtua perlu mengajarkan cara memilih jajanan sehat, yang semuanya itu bisa ditata kembali dari mengatur pola makan sejak di rumah, misalnya dengan membekali makanan sehat yang dimasak sendiri, berusaha selalu makan bersama dengan anak, dan usahakan mendampingi anak saat menonton TV. Biasanya anak terprovokasi oleh iklan makanan yang tak jarang justru menyesatkan.
Teliti sebelum membeli
Sampai saat ini adanya formalin, boraks, serta bahan-bahan kimia lain dalam makanan hanya bisa deteksi di laboratorium. Ciri-ciri berikut bisa menjadi panduan praktis. Waspadai jika:
- Bakso – warnanya cenderung putih bersih, kenyal dan membal jika dipantulkan ke permukaan yang keras
- Tahu – bentuk potongannya rapi, bagus, kenyal, kalau dibanting tidak hancur.
- Ikan – kornea matanya merah, insangnya merah gelap, badannya kaku, bersih, tidak dikerubuti lalat.
- Ayam potong – warna dagingnya putih bersih dan kenyal, tidak mudah busuk.
- Mi basah – mengkilat, alot tidak rapuh, awet.
- Ikan asin – permukaannya bersih, berwarna cerah, tidak rusak setelah penyimpanan dalam suhu ruang biasa selama sebulan. (SA)