Banyak jenis kuliner khas daerah di area wisata yang belum dimaksimalkan potensinya. Bisakah teknologi pangan berkontribusi mendongkrak kualitas higienitas, cita-rasa, dan kemasan dalam proses pengolahannya.
Sehatalami.co ~ Pariwisata merupakan sektor yang memiliki peran besar pada peningkatan pendapatan Negara/Gross Domestic Product (GDP). Pada 2017 lalu, dikutip dari laman berita finance.detik.com, Menteri Pariwisata Arief Yahya, pernah menyatakan bahwa sektor pariwisata nasional telah menjadi primadona baru bagi pembangunan nasional.
Dikatakannya, sumbangan devisa maupun penyerapan tenaga kerja dalam sektor ini amat signifikan bagi negara. Bahkan, diperkirakan pada 2019 sudah mengalahkan pemasukan devisa dari industri kelapa sawit (CPO).
“Perolehan devisa negara dari sektor pariwisata sejak tahun 2016 sudah mengalahkan pemasukan dari migas dan di bawah pemasukan dari CPO. Diperkirakan pada tahun 2019, sektor pariwisata menjadi penyumbang utama devisa utama Indonesia,”ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya di Kantor Staf Presiden, di akhir 2017 lalu.
Potensi dan nilai ekonomi makan tradisional
Indonesia dengan kekayaan alamnya yang indah memang menjadi magnet bagi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Para wisatawan bisa memilih destinasi yang mereka sukai. Mulai pegunungan hingga laut, dari dataran tinggi hingga lembah-lembah dan ngarai. Semua menjanjikan destinasi yang cantik memesona, lengkap dengan beragam kuliner khasnya.
Bagi wisatawan domestik, wisata sering menjadi ajang rekreasi untuk membangun kebersamaan di antara keluarga besar, melepas penat dan rehat sejenak dari rutinitas kerja kantoran atau sekadar berlibur mengisi waktu luang.
Tak jarang kegiatan wisata dibarengkan dengan kegiatan pengembangan diri atau kapasitas building oleh banyak organisasi bisnis. Tujuannya, apalagi kalau bukan sebagai reward atau meningkatkan engagement antara karyawan dan perusahaan.
Selain ajang berburu destinasi cantik dan spot yang indah untuk selfi, banyak di antara wisatawan yang berburu kuliner khas di destinasi wisata setempat. Tentu saja, ada banyak pernik dan produk lain yang dijajakan di area wisata.
Namun, selalu yang menjadi salah satu pertimbangan bagi para wisatawan untuk berkunjung ke destinasi tertentu adalah apakah daerah tersebut ramah terhadap gaya hidup sehat. Salah satunya adalah akses yang mudah bagi wisatawan untuk mendapatkan sejian kuliner khas, yang sehat dan lezat.
Sebab bukan rahasia lagi, jika para wisatawan ingin dimanjakan dengan sajian menu khas, yang sehat dan lezat serta memiliki tampilan cantik alias instagramable. Keinginan untuk food-selfi inilah, salah satu alasan mengapa banyak jajanan khas kuliner nusantara mesti ikut berbenah alias peduli pada kualitas produk atau jajanan yang mereka pasarkan di area wisata, jika tidak ingin ditinggalkan oleh gemerlap dunia digital.
Sulit mencari jenis makanan tradisional khas daerah
Sayangnya, tidak sedikit wisatawan yang bingung mencari jenis kuliner setempat. Rerata mereka tidak tahu nama-nama jenis kuliner daerah setempat. Sebagian terkendala persoalan budaya dan bahasa yang berbeda, sebagian karena tidak banyak warga lokal yang memiliki akses ikut menjajakan makanan tradisional setempat di area wisata. (bersambung).
Tulisannya keren.. Masyaa Allah
Masyaa Allah…