Menurut WHO, yang paling merisaukan, 71% penderita diabetes adalah penduduk negara-negara berkembang. Indonesia, akan mengalami lonjakan sebanyak 91%, dari 8,4 juta (2006) penderita menjadi 21,3 juta penderita diabetes pada tahun 2030.
Sehatalami.co ~ Bukan flu burung dan bukan AIDS yang menjadi ancaman kesehatan terbesar di Asia, tetapi diabetes. Begitu sinyalemen Prof. Paul Zimmet, Direktur The International Diabetes Institute (Institut Diabetes Internasional) di Victoria, Australia dan juga dosen di Monash University, Australia, serta di Deakin dan Pittsburgh Univerisity, keduanya di Amerika Serikat. Mengapa?
Dalam wawancara dengan Stevie Emilia, wartawan Jakarta Post di sela-sela World Diabetes Foundation (WDF) International Diabetes Summit (Konperensi Puncak Internasional tentang Diabetes oleh Lembaga Diabetes Sedunia)di Hanoi, Vietnam ( 21-23/2 2006), Prof. Zimmet menjelaskan hal itu.
“Flu burung dan AIDS adalah penyakit akut, menghebohkan dan menyedot perhatian pejabat kesehatan masyarakat dan pemerintah. Sedang diabetes adalah penyakit kronis yang diam-diam menggerogoti jauh lebih banyak orang dalam jangka waktu yang jauh lebih lama dibandingkan kedua penyakit tadi,”katanya.
Itu sebabnya pemerintah tidak panik seperti ketika menghadapi AIDS dan flu burung. Padahal penderita diabetes meliputi anak-anak sampai lansia. “Biaya pengobatannya pun menyedot dana yang jauh lebih besar karena jangka waktunya juga jauh lebih lama,” tuturnya.
Penyebabnya perubahan gaya hidup
WHO memperkirakan bahwa penderita diabetes akan meningkat hampir 100% dalam 20 tahun mendatang. Jika sekarang ada 194 juta penderita diabetes di seluruh dunia, maka pada tahun 2025 angkanya akan menggelembung menjadi 333 juta orang.
Yang paling merisaukan, 71% penderita adalah penduduk negara-negara berkembang. Indonesia, negara yang tercinta ini, akan mengalami lonjakan sebanyak 91%, dari 8,4 juta penderita menjadi 21,3 juta penderita diabetes pada tahun 2030.
Menurut Pierre Lefebvre, Ketua World Diabetes Foundation (Yayasan Diabetes Sedunia) dan presiden International Diabetes Federation (Federasi Diabetes Internasional), “Ketika musibah Tsunami datang, sebelumnya tanda-tanda peringatan dari alam sudah ada. Tapi tidak dipahami oleh penduduk. Situasinya sama dengan diabetes. Banyak orang tidak menyadari ancaman diabetes pada dirinya dan keluarganya di masa mendatang jika gaya hidupnya tidak diperbaiki,”
“Penyebab utama diabetes di Asia adalah perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan, plus makin berkurangnya aktivitas fisik, “ tuturnya. Saat ini disebutkannya, kebanyakan anak-anak menghabiskan waktu nonton tivi, main computer game, dan pada saat yang sama mereka makan junk food serta minum soft drink.
“Akibatnya berat badan mereka bertambah diikuti risiko diabetes yang meningkat pula,” tandasnya. Mudan-mudahan prediksi mengerikan ini tidak menjadi kenyataan. Dalam hal ini sebetulnya nasib kita ada di tangan kita. Bagaimana dengan Anda? (SA)