Dokter Terawan, yang dikenal sebagai penemu metode cuci otak ( brain flusing) resmi dilantik sebagai Menteri Kesehatan yang baru. Ia mengaku diminta untuk antara lain, menyelesaikan masalah stunting dan BPJS agar bisa membahagiakan semuanya.
Sehatalami.co ~ Dokter kepresidenan, dr. Terawan Agus Putranto yang selama ini terkenal dengan metode cuci otak untuk pasien stroke, setelah dilantik oleh Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (23/10/2019), resmi menjadi Menteri Kesehatan yang baru, menggantikan Menkes sebelumnya Prof. Dr. Nila Moeloek.
Dokter berlatar belakang militer yang juga Kepala Rumah Sakit Pusat, Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, dipercaya Presiden Joko Widodo ini berjanji untuk bisa melaksanakan amanah itu dengan baik. “Tugas baru yang harus kita laksanakan, (menteri kesehatan?), ya benar,” kata Terawan usai bertemu Jokowi di Istana Negara, Selasa (22/10).
Karena mendapat jabatan baru ini, dr. Terawan menyatakan akan mundur dari institusi TNI dan pensiun setelah dilantik. Dia ingin fokus membantu kepala negara di bidang kesehatan. “Saya tinggal semua, saya harus fokus membantu bapak presiden sehingga visi misi beliau bisa tercapai dengan baik,” ucapnya.
Saat bertemu Presiden Jowowi, ia mengaku diajak berdiskusi tentang masalah BPJS dan stunting. “Ya benar (jadi Menkes) dan tadi sama Presiden diskusi soal BPJS dan stunting. Harapannya soal BPJS, bisa terselesaikan dengan baik dan bisa membahagiakan semuanya” ucap Terawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Riwayat Pendidikan Kedokteran dr. Terawan
Laki-laki kelahiran Yogyakarta, 5 Agustus 1964 ini mendapat predikat dokter di usia yang cukup muda, yakni 26 tahun. Ia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarata.
Setelah lulus, dr Terawan langsung mengabdikan diri di Militer Angkatan Darat, dan langsung ditugaskan ke beberapa daerah termasuk Lombok, Bali dan Jakarta.
Ia kemudian mengambil spesialis Radiologi di Universitas Airlangga (Unair), dengan alasan bidang keilmuwan itu di Indonesia belum banyak berkembang saat itu. Kemudian ia pun lulus di usia 40 tahun. Ia kemudian mendapat gelar Doktor (S3) pada 2013 lalu di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Menemukan metode cuci otak
Hal yang sempat memicu kontraversial ialah saat dr Terawan mendapat pengakuan dari Jerman terkait dengan metode temuannya “brain flusing” yang kemudian dikenal dengan istilah ‘Terawan Theory’ di Jerman. Teori ini terkait dengan metode brain flusing atau disamakan dengan metode cuci otak pada penderita stroke. (bersambung).