Gejala umum yang mudah diidentifikasi dari gangguan irama jantung adalah detak jantung tak teratur, gemetar, nyeri atau rasa tidak nyaman di dada, kesulitan bernapas, hingga pusing dan pingsan.
Sehatalami.co ~ Gangguan irama jantung yang paling banyak ditemukan adalah atrial fibrilation atau fibrilasi atrium dan merupakan merupakan salah satu penyebab utama stroke. Meski secara global penyumbang kasus stroke terbesar adalah tekanan darah tinggi (40 persen dari seluruh kasus), ternyata risiko stroke lebih tinggi pada FA daripada hipertensi.
“Penderita FA memiliki risiko stroke lima kali lipat, sementara risiko stroke pada penderita hipertensi tiga kali lipat,” ujar ahli kardiologi dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Yoga Yuniadi, MD, PhD. “Dan banyak penderita hipertensi juga menderita FA,” lanjut Yoga. Selain memiliki risiko stroke yang tinggi, saat terjadi stroke pun pasien penderita FA akan mengalami serangan lebih parah.
Lalu apa yang menjadi penyebab FA?
Yoga mengungkapkan, FA terjadi saat bilik dan serambi jantung (atrium) menerima impuls elektrik yang lebih besar dari seharusnya. “Ada lebih dari 300 sumber listrik di jantung. Jika 300 lebih sumber listrik ini menjadi tidak karuan kerjanya, karena impuls listrik yang diterima tidak imbang, serambi jantung akan bergetar dan menghasilkan gumpalan darah,” ungkapnya.
Jika sewaktu-waktu gumpalan darah ini terlepas dan terpompa oleh jantung, terjadilah penyumbatan di pembuluh darah. “Jika gumpalan darah terpompa sampai ke otak dan menyumbat di sana, terjadilah stroke.”
Kemungkinan terjadinya FA meningkat seiring pertambahan usia. Namun, ada juga kondisi genetis tertentu yang menyebabkan mereka yang muda usia sudah mempunyai gejala FA.
Gejala umum yang mudah diidentifikasi, kata Yoga, adalah detak jantung tak teratur, gemetar, nyeri atau rasa tidak nyaman di dada, kesulitan bernapas, hingga pusing dan pingsan. “Meski banyak juga pasien FA yang tak menunjukkan gejala jelas atau spesifik.”
Untuk penanganan pertama, kebanyakan dokter akan melakukan pencegahan agar tidak terjadi gumpalan darah dengan memberikan obat anti-koagulan (pengencer darah) seperti Aspirin. Selanjutnya pasien FA harus dipantau detak jantungnya melalui alat perekam irama jantung.
“Untuk mereka yang berusia di atas 60 tahun dibutuhkan pemantauan spesifik, yakni rate control untuk mendeteksi ada tidaknya penyakit lain di jantung seperti endapan pada katup jantung, dan lainnya,” ujar Yoga. (SA)