Masyarakat diimbau untuk tidak mudah mempercayai dan menyebarluaskan hoaks yang tidak jelas isi dan sumbernya.
Sehatalami.co ~ Kemenkes tidak pernah mengeluarkan pernyataan tentang ‘6 kota zona kuning corona’, sebagaimana informasi yang beredar di media sosial. Sejauh ini Kemenkes terus melakukan upaya cegah tangkal Covid-19 di 135 pintu masuk negara (darat, laut, udara), termasuk SDM dan peralatannya.
Masyarakat diimbau untuk tidak mudah mempercayai dan menyebarluaskan hoaks yang tidak jelas isi dan sumbernya. Boleh juga mengikuti perkembangan Covid-19 melalui website: kemkes.go.id dan akun media sosial Kemenkes. Apabila ada pertanyaan seputar Covid-19 dapat menghubungi hotline center: 021 5210411 atau 0812 1212 3119.
Selain itu, jika memiliki gejala penyakit yang berkaitan dengan Covid-19 (demam, batuk, sesak nafas), masyarakt diimbau untuk segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat.
Jaga selalu kebersihan diri antara lain dengan mempraktikkan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir serta menerapkan etiket batuk/bersin.
Hoax lain virus corona
Hoaks #1 Virus corona lahir akibat kebiasaan penduduk China yang suka makan hewan nggak lazim, termasuk kelelawar dan tikus hidup
Ketika beberapa video yang beredar di medsos memperlihatkan orang-orang China sedang makan kelelawar dan tikus hidup, saya termasuk orang yang termakan hoaks tersebut. Sambil jijik saya mengumpati kelakuan orang China yang demikian. Tapi aneh rasanya ketika orang-orang di Wuhan sedang berjuang habis-habisan, kita malah menciptakan narasi tentang stigma penduduk China itu sendiri.
Obrolan di media sosial kemudian berujung pada kesimpulan kalau virus corona ditimbulkan dari kebiasaan makan hewan eksotis yang cenderung awur-awuran karena makan hewan liar di China dianggap keren. But…
Virus ini belum terverifikasi berasal dari tikus dan kelelawar. Dugaan berkembangnya virus dari makanan yang dibeli di pasar makanan laut Huanan di Wuhan juga belum bisa dibuktikan.
Faktanya 2019-novel coronavirus atau n-CoV 2019 masih satu keluarga dengan dua virus yang pernah menjadi pembunuh massal di dunia, yakni MERS-CoV 2012 (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus) dan SARS-CoV 2002 (Severe Acute Respiratory Syndrome-Corona Virus).
MERS pertama kali diidentifikasi di Jeddah, Arab Saudi pada 2012. Virus ini kemudian menyebar ke 27 negara, menginfeksi 2.494 orang, dan membunuh 858 orang.
SARS pertama kali muncul di Guangdong, China, pada 2002, menyebar ke 30 negara, menginfeksi 8.437 orang, dan mengakibatkan 813 orang meninggal dunia.
Kedua virus itu diduga sampai ke manusia lewat hewan. MERS dari unta, SARS dari kelelawar dan musang. Sekali lagi, hingga saat ini hewan pasti yang menjadi reservoir penyakit ini masih dalam dugaan lho ya.
Soal Warga Negara Jepang Positif Covid-19 Usai dari Indonesia
Beberapa waktu lalu mucul informasi warga negara Jepang positif Covid-19 setelah dari Indonesia. Sesditjen P2P dr. Ahmad Yurianto membenarkan adanya warga negara Jepang yang positif Covid-19 namun tidak tertular di Indonesia.
”Benar ada warga negara Jepang (positif Covid-19) dia 60 tahun, laki-laki, pekerjaan sehari-hari adalah di Lembaga Sosial di Kota Tokyo,” katanya, Selasa (25/2) melalui telekonferensi di Gedung Kemenkes, Jakarta.
Pada tanggal 12 Februari sebelum warga negara Jepang itu datang ke Indonesia mengeluhkan sakit dan berobat ke dokter yang ada di Tokyo. Dari hasil pemeriksaan diputuskan tidak perlu dirawat, hanya diberi obat dan rawat jalan.
Tanggal 13 Februari yang bersangkutan masih bekerja, tanggal 14 Februari dia libur dan tanggal 15 Februari dia Bersama keluarganya melakukan perjalanan menuju Bali, dan liburan di sana hingga tanggal 19 Februari.
”Setelah tanggal 19 Februari mereka pulang ke Tokyo. Satu orang yang berusia 60 tahun ini mengeluhkan sakit lagi sehingga pada tanggal 22 Februari diputuskan harus dirawat. Ia didiagnosa terinfeksi SARS Corona virus tipe 2 (SARS-Cov-2),” jelas dr. Ahmad.
Atas dasar kronologi tersebut, Kementerian Kesehatan berkonsultasi dengan pakar terkait indetifikasi SARS-Cov-2. dr. Ahmad mengatakan SARS-Cov-2 merupakan jenis virus penyebab Covid-19 sebagaimana keterangan dari WHO. Artinya, Covid-19 adalah nama penyakitnya.
Merespons adanya kasus tersebut, Pemerintah Indonesia melaksanakan tracking Bersama Dinas Kesehatan Bali. Tracking dilakukan berdasarkan identitas warga negara tersebut dan paspor nya. Dari situ dapat dilacak kemana saja ia pergi selama di Bali termasuk tempat ia menginap.
”Kita bisa melacak di beberapa hotel dan sekarang tracking kontak sedang dilaksanakan terus dengan Dinkes Bali. Data dari Surveilans Influenza Like Illness sejak kedatangan warga negara Jepang tersebut hingga saat ini tidak nampak adanya fluktuasi kasus,” ucap dr. Ahmad.
Tak hanya itu, dari survei yang dilakukan terkait pneumoni di RS yang berasal dari daerah yang dicurigai menjadi kontak warga negara Jepang juga tidak ditemukan penambahan kasus Covid-19.
”Beberapa saat lalu, kami komunikasi lagi dengan otoritas Jepang bagaimana dengan keluarganya, ternyata tidak mengalami sakit apapun, dan terkakhir kondisi pasien positif Covid-19 sudah membaik”. (SA)
Sumber: kemkes.go.id