Maraknya hoak dan ujaran kebencian di media sosial ternyata sangat berdampak buruk pada masyarakat.
Sehatalami.co Hoax tidak hanya menimbulkan perpecahan tetapi juga tidak baik secara psikologis, sosial, bahkan fisik masyarakat. Salah satunya adalah melakukan edukasi bagai masyarakat tentang bahaya hoaks ini.
Menurut psikolog anak dan keluarga Maharani ArdiPputri, kampanye sebar cinta dan damai di medsos seperti ajakan #HateFreeDay harus terus digaungkan. Hal ini penting untuk menciptakan suasana aman, damai dan nyaman, utamanya pada tahun politik sekarang. “Psiko edukasi bisa dilakukan dalam banyak hal, yakni bisa melalui iklan layanan masyarakat, menggunakan brosur yang disebarkan atau diviralkan melalui medsos dan sebagainya,” katanya seperti dilansir laman antaranews.
Ditambahkan oleh Maharani hoak dan lain sebagainya itu harus dilawan dengan hal-hal yang positif. “Kita juga harus lebih menonjolkan berita-berita baik sehingga masyarakat sadar masih banyak hal-hal baik daripada hal-hal buruk yang sudah mereka baca,” katanya.
Menurutnya ketika seseorang membaca berita hoaks secara psikologis akan terpengaruh. Ia merasa kecewa, takut dan benci terhadap orang yang dibicarakan dalam hoaks. Padahal yang dibacanya samar kebenarannya. Adapun orang yang dibicarakan dalam berita hoaks itu bisa timbul perasaan malu, marah, bahkan traumatis.
“Jadi dampak psikologisnya bisa jadi pada orang yang dituju atau juga pada orang yang membaca berita hoaks tersebut,” kata Maharani yang juga dosen Fakultas Psikologi Universitas Pancasila ini.
Tidak hanya psikologis, hoaks berdampak sosial. Ketika hoaks viral, apalagi dibumbui dengan ujaran kebencian, maka secara sosial perilaku yang bersangkutan pun ikut menjadi berubah dan memiliki dampak secara fisik. Orang bisa menjadi merasa sedih dan depresi karena membaca informasi tersebut dan kemudian takut untuk keluar rumah akibat berita yang dibacanya
Untuk itu peran keluarga berperan sangat bagaimana mengajarkan bermedia sosial yang bijak terutama kepada anak. “Mereka perlu diperkenalkan dengan hal-hal yang memang berpotensi menimbulkan masalah ketika itu diupload di medsos,” ujar kepala Biro Humas dan Ventura Universitas Pancasila ini.
Ditambahkan oleh Maharani edukasi bijak bermedsos ini dilakukan dalam setiap lapisan umur. “ Karena cara menangkap pesan-pesan atau pendidikan mengenai medsos ini tentunya akan berbeda-beda, harus disesuaikan dengan kapasitasnya, dengan bahasa yang kita gunakan, sehingga masyarakat menjadi lebih paham,” ungkapnya.