WHO mencatat, ada 4,9 juta orang meninggal akibat rokok tahun 2000; 50% terjadi di negara berkembang. Angkanya akan meningkat 2x lipat tahun 2020 dan 70% terjadi di negara berkembang.
Sehatalami.co ~ Angka-angka ini mencengangkan: ada 1,25 miliar perokok di dunia; 800 juta ada di negara berkembang. Ini menurut WHO. Di Indonesia, ada 62,8 juta perokok, hingga kita berada di urutan ke 3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia dan No.1 di Asean.
“Sebanyak 70% orang Indonesia merokok sebelum usia 19 tahun; 12,77% sudah merokok saat SD,” ujar dr. Aulia Sani, Sp.JP (K) dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI.
Dari jumlah yang dikonsumsi, Indonesia menempati urutan 5 besar dunia, dengan jumlah rokok yang diisap 215 miliar batang (2002). Urutan pertama Cina (1.643 miliar batang), ke-2 Amerika Serikat (451 miliar batang), ke-3 Jepang (328 miliar batang) dan ke-4 Rusia (258 miliar batang).
Menurut dr. Widjajanti dari Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3), sekitar setengah dari jumlah perokok akan meninggal akibat rokok. Separuh dari mereka meninggal pada usia 35-69 tahun. “WHO mencatat, ada 4,9 juta orang meninggal akibat rokok tahun 2000; 50% terjadi di negara berkembang. Angkanya akan meningkat 2x lipat tahun 2020 dan 70% terjadi di negara berkembang,” jelasnya.
Bahaya Rokok
Menurut dr. Aulia Sani, Sp.JP (K), pada asap rokok terdapat 4.000-an bahan kimia berbahaya dan lebih dari 250 zat karsinogenik (pemicu sel kanker) di antaranya aseton (cat), ammonia (pembersih lantai), arsenik (racun), butane (lighter fuel – bahan bakar ringan), kadmium (aki mobil), karbon monoksida (asap knalpot), DDT (insektisida), dll.
Dalam jangka pendek, zat-zat berbahaya ini dapat menyebabkan antara lain iritasi mata, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, sirkulasi darah kurang baik (efek vasokonstriksi), nafsu makan turun, suhu ujung-ujung jari tangan dan kaki menurun, dan mewarnai gigi dan jari kuning sampai hitam.
Pada jangka panjang, dapat menimbulkan gangguan pada paru, yaitu penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang meliputi bronkhitis kronik dan emfisema. Juga kanker paru, kematian mendadak, penurunan faal paru dan meningkatkan faktor resiko PJK, stroke, kolesterol tinggi serta hipertensi.
Mereka yang tidak merokok tapi terkena asap rokok (perokok pasif) pun beresiko terkena kanker paru dan penyakit jantung bertambah 20-30%. Ibu hamil beresiko mengalami proses kelahiran bermasalah (bayi lahir dengan berat badan rendah, mati atau cacat). ”Karena itu kebiasaan merokok harus dihentikan. Sekarang juga,” ujarnya.
Tapi, tidak mudah. Sebanyak 70% perokok yang ingin berhenti, hanya 5-10% yang dapat melakukan tanpa bantuan. Sisanya mengaku sulit menghilangkan efek kecanduan (craving) yang diperoleh dari rokok, juga bad mood dan turunnya konsentrasi saat tidak merokok. (SA)