Beban petugas KPPS luar biasa dengan masa kerja lebih dari 8 jam sehari. Supaya bisa bekerja optimal, petugas KPPS akhirnya pakai doping misal minuman berenergi yang biasanya mengandung kafein. Kandungan inilah yang akhirnya mempengaruhi kerja jantung.
Sehatalami.co ~ Tugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) pada pemilu serentak 2019 memang cukup berat. Beban kerja dan tenggat waktu yang serba mempet menjadi masalah lain.
Bayangkan rerata petugas KPPS sudah bekerja sejak malam sebelumnya untuk mempersiapkan tenda dan semua perlengkapan serta glade resik untuk memantapkan sistem penghitungan surat suara dan lain-lain.
Kesibukan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) sehari sebelum pemungutan suara dimulai dengan memasang tenda, mempersiapan logistik, dan mengambil Kotak Surat Suara yang mulai didistribusikan pada sirang sekitar pukul 09:00 WIB hingga malam hari.
Untuk menjaga keamanan kotak suara, sebagian harus ikut begadang menunggu dan menjaga keamanan kotak suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) masing-masing.
Pagi pukul 06:00 WIB sudah harus berada di TPS untuk persiapan, glade resik pengambilan sumpah dan lain-lain. Pukul 07:00 WIB begitu mengucapkan sumpah integritas sebagai petugas KPPS, mereka langsung bekerja full.
Bersama para saksi, pengawas, Ketua KPPS dan anggotanya segera membuka kotak suara, menghitung jumlahnya, menandatangani surat suara yang rerata setiap TPS memiliki kuota 300 surat suara dikalikan empat, sehinga total minimal ada 1200 berkas yang harus di isi dan ditantangani oleh Ketua KPPS.
Belum lagi pengisian sampul surat suara dan berkas-berkas lain yang juga harus diisi dan di tanda tangani. Pekerjaan relatif hanya berhenti saat Isoma pada pukul 13:00 -14.00 WIB saja. Pemungutan suara bahkan ada yang baru selesai pada pukul 14:00 WIB untuk mengakomodir pemilih, yang tidak memiliki surat foramulir C-6 – undangan untuk mencoblos.
Pekerjaan berlanjut hingga selesai penghitungan suara tuntas, yang tidak jarang sampai pagi atau keesokan harinya alias kerja non-stop 24 jam, demi memenuhi tenggat waktu yang harus diselesaikan.
Beban kerja berat, ditambah tuntutan kecermatan dan tekanan emosi harus sempurna serta beban mental karena menghadapi pengawasan ketat warga, menjadikan para petugas KPPS seolah lupa waktu, dan mengorbankan kelelahannya.
Untuk menjaga stamina banyak di antaranya yang terpaksas harus doping, banyak minum berenergi, kopi berulang, dan minuman penyegar lain. Faktor kelelahan berlebih di luar batas kemampuan tubuh inilah mungkin sebagian dari penyebab fatal banyaknya petugas KPPS yang gugur dalam bertugas.
Banyak petugas KPPS meninggal
Menanggapi soal banyaknya petugas KPPS yang meninggal saat bertugas pada Pemilu Serentak 2019, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mengakui bahwa beban tugas memang berat dan pihaknya akan melakukan evaluasi.
“Ya nanti kita evaluasi,” kata Ketua KPU Arief Budiman saat diwawancarai wartawan di Kantor KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Sabtu (20/4/2019). “Memang pekerjaannya berat, memang pekerjaannya banyak, maka ya orang sangat mungkin kelelahan dalam menjalankan tugas,” sambungnya.
Arief mengatakan, sejak awal menyusun anggaran, KPU sebenarnya mengupayakan agar petugas KPPS bisa mendapatkan asuransi. Namun menurutnya karena sejumlah hal, keinginan tersebut belum bisa terwujud. Meski demikian, pihaknya telah mengusulkan agar mereka yang meninggal saat bertugas mendapat santunan. (bersambung).