Komunitas Organik Indonesia (KOI), tidak hanya mengedukasi masyarakat untuk mencintai gaya hidup sehat organik, namun mengajak masyuarakat terlibat langsung dalam praktik usaha dan pertanian yang lebih ramah terhadap lingkungan.
Antara tahun 2000 sampai 2001, Ir Cristopher Emile Jayanata atau biasa disapa Emile, memiliki kesempatan untuk melihat langsung pusat-pusat pertanian dan peternakan di beberapa daerah di Indonesia. Mulai dari Garut di Jawa Barat, Wonosobo di Jawa Tengah, sampai ke Malang di Jawa Timur.
Dari situ, timbul keprihatinan terhadap penggunaan bahan kimia secara merata oleh para petani dan peternak, baik sebagai pupuk maupun sebagai pemberantas hama di ladang dan sawah, bahkan sebagai pakan ternak atau ikan di tambak-tambak. “Itu artinya sebagian besar bahan makanan yang kita konsumsi sudah terpapar oleh berbagai bahan kimia,” ujar Emile.
“Emile bergabung dengan teman-teman sesama produsen untuk bersama-sama mengkampanyekan gaya hidup yang lebih sehat dan ramah terhadap lingkungan.”
Tidak ingin berjuang sendirian, beberapa tahun kemudian Emile pun bergabung dengan teman-teman sesama produsen untuk bersama-sama mengkampanyekan gaya hidup yang lebih sehat dan ramah terhadap lingkungan, hingga akhirnya terbetuklah sebuah wadah bernama CIQHaL (Community of Indonesian Quality & Healthy Living) awal 2009.
Selanjutnya, agar misi komunitas ini bisa lebih mudah diwujudkan, pada 25 Oktober 2010 para pendiri CIQHaL bersepakat untuk mengubah nama CIQHaL menjadi KOI (Komunitas Organik Indonesia). “Lewat komunitas ini kita ingin mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan ideal sehingga lingkungan dan keanekaragaman hayatinya dapat lestari dan terpelihara dengan baik,” ujar Emile. (bersambung)