Dr Florence menjelaskan, pada tindakan Lasik ini, mula-mula lapisan luar kornea (bagian bening mata ) Paramitha dan Soenardi disayat dengan ketebalan tertentu untuk membuat ’engsel’ (flap/penutup lapisan kornea yang akan dikoreksi).
Selanjutnya, ’engsel’ penutup kornea dibuka atau dibalik, agar permukaan kornea mata yang tidak rata – melengkung atau membentuk cekungan – dapat terlihat dengan jelas. Setelah itu, dengan menggunakan laser dingin, kornea mata yang tidak rata tersebut diperbaiki dengan cara mengikis atau ’memahat-nya’ sedemikian rupa untuk memperbaiki kelainan refraksi mata seperti yang diderita oleh Paramitha dan Soenardi .
Paramitha mengakui, setelah menjalani Lasik dua tahun lalu, penglihatannya kini sudah kembali terang dan luas. ”Mungkin karena sebelumnya, pandangan mata saya terhalang oleh kacamata, ” katanya seraya bersyukur karena mahalnya biaya yang dikeluarkan ternyata sebanding dengan hasil yang didapat alias tidak sia-sia.
”Dan yang pasti, sekarang saya tidak harus bolak-balik ke optik untuk berganti kacamata atau sekadar membetulkannya gara-gara rusak karena terjatuh atau penyok karena diduduki orang. Itu biasa terjadi karena saya sering lupa dan sembarangan menaruh kacamata,” ujar Soenardi. (Bersambung).