Sehatalami.co ~ Pemerintah diharapkan lebih siap menghadapi gelombang ketiga covid-19 yang tengah terjadi. Apalagi tanda-tanda lonjakan gelombang ketiga Covid-19 semakin terlihat nyata. Hal itu disampaikan oleh Wakil Dekan Bidang Kerjasama Alumni, dan Pengabdian Masyarakat FK-KMK UGM, Yodi Mahendradhata.
Menurut Yodi, saat ini lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron telah menggantikan posisi Delta. “Lonjakan kasus ini nyata, kita telah memasuki gelombang 3 dengan puncaknya diprediksikan pada akhir bulan Februari 2022. AHS UGM perlu memaksimalkan potensinya untuk menghadapi varian Omicron,” kata Yodi yang dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada (UGM).
Karena itu, Yodi berharap pemerintah lebih siap menghadapi gelombang 3 Omicron dengan mengedepankan mitigasi kebijakan nasional. Mitigasi itu dapat dilakukan dengan menguatkan sistem rujukan, komunikasi, shelter masyarakat, maupun rumah sakit lapangan.
“Konsolidasi ini untuk memperkuat apa yang sudah dipersiapkan agar upaya mitigasi bisa dilakukan secara maksimal,” imbuh Yodi.
Hal senada disampaikan oleh pakar epidemiologi FK-KMK UGM, Riris Andono Ahmad. Ia mengatakan Indonesia harus berkaca pada kasus Omicron yang terjadi di luar negeri.
Menurutnya, apa yang terjadi di Amerika Serikat, Australia, Inggris maupun India bisa menyebabkan situasi darurat. Hal yang sama bisa saja terjadi di Indonesia.
“Kalau kita melihat secara global, hari ini memang Omicron berhasi mendorong kasus jauh lebih tinggi daripada varian sebelumnya. Meskipun dengan jumlah kematian lebih kecil daripada gelombang varian Delta. Omicron ini penyumbang kasus terbesar di Eropa dan Australia, namun untuk Asia masih tergolong relatif kecil untuk saat ini,” kata Riris Andono.
Andono berpendapat agar Indonesia mempelajari tren kasus dari India. Hal ini dikarenakan Indonesia mengalami kenaikan kasus setelah India mengalami penurunan kasus.
Tingkat infeksi lebih tinggi
Lebih lanjut, disampaikan jika gejala umum Omicron relatif sama dengan varian lainnya termasuk yang tanpa gejala. Tetapi, tingkat reinfeksi Omicron lebih tinggi daripada varian lain.
“Data dari Inggris menunjukkan bahwa Omicron memiliki kemampuan reinfeksi 16 kali lipat. Capaian vaksinasi tinggi bukan berarti kita akan bisa menghindari meluasnya Omicron. Problemnya adalah ketika Rate hospital dan kematian rendah, dengan transmisi lebih tinggi maka Omicron bisa menghasilkan efek lebih tinggi dari varian Delta,” kata Andono.
Untuk mencegah dan mengendalikan meluasnya sebaran omicron, Andono menyarankan agar pemerintah memperhatikan empat hal ini dalam pengendalian Omicron, yaitu sebagai berikut
- Kasus infeksi yang tinggi menyebabkan kebutuhan isolasi dengan kapasitas yang jauh lebih besar untuk antisipasi.
- Jumlah hospitalisasi bisa sama atau lebih tinggi dari gelombang Delta jika kasus infeksi ini mengalami peningkatan dengan cepat.
- Jumlah kematian Omicron bisa sama dengan gelombang Delta.
- Tingginya kasus anak dalam gelombang Omicron ini mengakibatkan munculnya kebutuhan tempat isolasi ramah anak.
- Orang yang belum tervaksinasi dan komorbid menjadi kelompok rentan atau berisiko tinggi hospitalisasi dan kematian dari kasus Omicron. (SA)
Sumber : www.detik.com