Memasuki bulan Ramadhan, kita perlu menggalang kesabaran, tidak saja bagi yang menjalankan ibadah puasa, tetapi juga bagi kita semua, terutama dalam menghadapi perubahan situasi yang bisa saja terjadi di luar kendali diri, termasuk situasi politik negara kita.
Sehatalami.co ~ Salah satu kunci utama agar mampu bertahan dalam kondisi krisis adalah bersabar. Orang sabar dikasihani Allah. Itulah sebentuk reward yang diketahui semua orang dan diamini oleh semua agama. Jadi, kenapa begitu sulitnya orang bersikap sabar?
Menurut Forum diskusi Steve Pavlina (Steve Pavlina adalah pakar pengembangan diri dan penulis buku Personal Development for Smart People) di Internet dalam http://www.stevepavlina.com/blog/2005/04/patience, sabar merupakan salah satu kualitas jiwa yang paling penting namun paling sulit dilaksanakan.
Menghadapi suatu perubahan, dapat dipastikan membutuhkan kesabaran, apalagi jika perubahan itu berupa perubahan fisik seperti ingin punya anak, ingin lulus sarjana, ingin usaha maju, ingin membeli rumah dll.
Tidak mungkin mengharapkan perubahan seketika, perlu waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Sedangkan menurut para psikolog, sabar adalah suatu kondisi bertahan dalam situasi yang sulit. Ini bisa berarti bertahan dan tidak menjadi marah jika ada penundaan atau gangguan; bisa pula berarti mampu bertahan ketika menghadapi masalah yang berkepanjangan seperti berbagai krisis yang kita alami selama bertahun-tahun ini.
Ada banyak faktor yang menghambat perubahan (menuju perbaikan kondisi krisis) sehingga dibutuhkan banyak kesabaran, misalnya faktor kepercayaan, kebiasaan, pikiran, kelakuan, lingkungan dll.
Mengubah salah satu faktor, tidaklah mudah, diperlukan tindakan yang serius. Sisi baiknya adalah, bahwa perubahan pada salah satu faktor bisa berakumulasi menjadi pendukung untuk perubahan faktor lainnya.
Contohnya, mengubah pola makan amburadul menjadi pola makan sehat (faktor pikiran) berarti mengubah faktor kebiasaan (buruk menjadi baik). Tetapi tentu saja perubahan itu tidak bisa instan, perlu waktu, perlu kesabaran.
Contoh lain, mengubah cara berpikir: bersabar dan percaya kepada kebijaksanaan pemerintah, sehingga tidak melakukan demo-demo yang destruktif dan riuh rendah mengganggu keamanan dan kenyamanan masyarakat.
Menjadi sabar berarti mampu mengendalikan diri, yang bagi kebanyakan orang bukan hal yang mudah. Dengan demikian, secara logika orang yang bisa mengendalikan diri, tentu kelak akan berhasil dalam masyarakat.
Hasil penelitian The Marsmallow Test yang dilakukan oleh Walter Mischel pada tahun 1960-an. Eksperimen itu dilakukan pada anak-anak berusia 4 tahun. Mereka diberi sebuah marshmallow (sejenis kembang gula yang empuk) dan diberi tahu bahwa mereka boleh menyantapnya kapan saja jika diinginkan.
Tetapi kalau mereka menunggu 15 menit lagi, akan mendapat sebuah marshmallow lagi. Anak-anak yang berhasil menahan diri (sabar) tetap dipantau sampai dewasa.
Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa ‘bakat’ pengendalian diri anak-anak tersebut terbawa sampai dewasa dan ini berakibat mereka berhasil dalam kehidupannya.
Terbukti bahwa pengendalian diri anak berhubungan dengan tingkat keberhasilan ketika dewasa. Artinya, anak yang mampu mengendalikan diri berpeluang lebih berhasil dalam kehidupannya di kemudian hari. (SA)