Dr Arijanto berpendapat, penelitian terhadap herba di Indonesia umumnya masih sebatas uji pre-klinis (percobaan terhadap binatang) atau pengamatan kasus per kasus, sehingga dosis, efek, serta efektivitas herba pada setiap penderita bisa bervariasi. Karena itu, pengobatan herba untuk kanker tidak bisa dipukul rata untuk setiap kasus dan penderitanya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kenyataan bahwa masih terbatasnya jenis herba yang sudah diuji secara klinis, dan diisolasi menjadi obat medis yang dapat diberikan sebagai kemoterapi – sehingga disebut obat, atau berperan sebagai obat. Beberapa di antaranya vincristine, vinblastine, vindesine, venorelbin (dibuat dari tapak dara), dan taxol (pacific yew).
Membunuh sel kanker
C. Leigh Broadhurst, PhD dalam tulisannya yang berjudul ”How Do Plants Help Prevent Cancer” (Herbs for Health, Januari 2000), menuturkan herba yang dikatakan mengobati kanker belum tentu mampu membunuh sel kanker.
Meski begitu, herba-herba tersebut memang memiliki peran sebaai penyuplai antioksidan (kunyit, daun basil, bawang putih; jamur shiitake, reishi, maitake, dsb), penghambat perkembangan sel kanker (lidah buaya, kecambah, jintan, tapak dara, keladi tikus), membantu meningkatkan stamina (ginseng, jahe), atau melindungi hati dari kerusakan akibat penggunaan obat jangka panjang sekaligus mengurangi efek samping terapi seperti mual, muntah, dan tidak napsu makan (lidah buaya, temulawak). (bersambung).