- Penyakit kanker kelenjar getah bening atau kanker limfoma merupakan jenis kanker yang berawal dari sel-sel yang disebut limfosit (sel darah putih).
- Gejala paling umum dari penyakit ini adalah pembengkakan pada kelenjar getah bening. Bagian yang kerap dilaporkan mengalami pembengkakan antara lain leher, ketiak, dan pangkal paha.
Sehatalami.co ~ Pagi ini jagad dunia maya – sosial media – diramaikan dengan datangnya khabar duka atas wafatnya aktris senior Ria Irawan ( 50 tahun) yang meninggal dunia di RS Cipto Mangunkusumo. Disebutkan, mendiang Ria Irawaan memiliki riwayat penyakit kanker kelenjar getah bening sejak 2004.
Mengutip dari Healthline, kanker kelenjar getah bening sampai saat ini belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit ini. Dijelaskan, jenis kanker getah bening menyerang sistem kekebalan tubuh.
Kanker getah bening secara umum terbagi dalam dua jenis, yaitu limfoma Hodgkin dan lifoma non-Hodgkin. Meskipun belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun beberapa faktor risiko bisa diwaspadai sekaligus diantisipasi.
Faktor risiko limfoma non-Hodgkin tersebut meliputi:
- Defisisensi imun, ini bisa disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang melemah akibat virus HIV (human immunodeficiency virus) atau menggunakan obat penekan
sistem kekebalan tubuh setelah transpalantasi organ. - Penyakit autoimun, orang yang mengidap penyakit autoimun tertentu, seperti rheumatoid arthritis dan penyalit celiac, memiliki peningkatan risiko terkena kanker kelenjar getah bening,
- Usia, kanker kelenjar getah bening kerap terjadi pada orang yang berusia di atas 60 tahun. Namun, beberapa jenis lebih sering terjadi pada anak-anak dan bayi.
- Infeksi, orang yang pernah mengalami infeksi seperti leukemia, infeksi bakteri pylori, infeksi virus hepatitis C dan virus Epstein-Barr (EBV) akan lebih rentan terkena kanker kelenjar getah bening.
- Memiliki berat badan berlebih atau obesitas.
Faktor risiko limfoma Hodgkin meliputi:
- Usia, terjadi banyak kasus pada rentang usia 20 sampai 30, di atas 55 tahun.
- Pria lebih memungkinkan terkena kanker kelenjar getah bening jenis ini daripada wanita.
- Memiliki keluarga kandung yang terdiagnosis menderita kanker jenis ini akan lebih berisiko terkena penyakit ini.
- Menderita infeksi virus Epstein-Barr (EBV) yang dapat menyebabkan monukleosis atau demam kelenjar.
- Daya tahan tubuh yang lemah, misalnya akibat infeksi HIV atau penggunaan obat sistem kekebalan tubuh.
Manifestasi gejalanya
Ramai diberitakan, pada kasus yang dialami oleh Ria Irawan, kanker kelenjar getah bening yang dideritanya sempat dinyatakan sembuh pada Maret 2019, namun kemudian muncul kembali bahkan menyebar hingga ke otaknya.
Penyakit kanker kelenjar getah bening atau kanker limfoma merupakan jenis kanker yang berawal dari sel-sel yang disebut limfosit (sel darah putih). Pada kanker, limfosit berproliferasi lebih cepat dan hidup lebih lama dibandingkan limfosit normal.
Gejala paling umum dari penyakit ini adalah pembengkakan pada kelenjar getah bening. Bagian yang kerap dilaporkan mengalami pembengkakan antara lain leher, ketiak, dan pangkal paha.
Selain itu gejala lainnya seperti dikutip dari WebMD adalah:
- batuk
- kesulitan bernapas
- demam
- keringat di malam hari
- kelelahan
- penurunan berat badan
- gatal-gatal
Dikutip dari laman health.detik.com (6/1/2020), disebutkan Dr dr Andhika Rachman, SpPD-KHOM, dari RS Cipto Mangunkusumo sebelumnya menjelaskan benjolan yang jadi tanda kanker punya ciri tidak sakit dan semakin besar.
“Kalau karena limfoma, benjolan justru makin besar. Juga perhatikan gejala khas limfoma lainnya, seperti demam lama dengan suhu tak sampai 38 derajat Celsius,” jelas dr Andhika.
Perlu menjadi catatan, kanker ini sering muncul tanpa gejala pada stadium awal sehingga baru ditemukan umumnya pada saat check up. Karena saat berada dalam stadium lanjut, gejala yang ditimbulkan bisa bermacam-macam.
“Kalau primernya di indung telur atau ovarium biasanya muncul benjolan di perut, nyeri perut, kacau haidnya atau haid tidak teratur,” tutur dr Denni Joko Purwanto, SpB (K) Onk dari RS Kanker Dharmais beberapa waktu silam. (SA)