Setelah lama berjuang melawan kanker kelenjar getah bening yang dideritanya, akhirnya Tuhan memanggilnya.
Sehatalamai.co ~ Arktis senior Ria Irawan (50 tahun), dikhabarkan meninggal dunia karena kanker kelenjar getah bening atau limfoma. Sebelumnya, perenah diberitakan jika penyakit kanker yang dideritanya sejak 2004 sembuh pada Maret 2019, namun kemudian kambuh kembali.
Seperti yang dituliskan oleh Dewi Irawan, Kakaknya pada 19 November 2019, Ria Irawan kembali dirawat di RSCM.
“Morning Day 1,rawat inap lagi di RSCM gedung A, Karena kepala kembali terasa sakit, tangan dan kaki bagian kanan menjadi susah digerakkan dengan benar. Berbicara juga kembali sedikit sulit,ini semua karena “masa” yg dibagian kiri depan kepala mendorong motorik fungsi luhur…tetap semangat semua,” tulis Dewi Irawan saat itu
Perjuangan Ria Irawan dalam melawan penyakit yang dideritanya ini, terekam dalam banyak postingan para kolega, juga keluarganya.
“Karena ada tumor didalam kepala,yg mengakibatkan saraf bicara saya tertekan, akhirnya saya harus belajar pelan-pelan berbicara dengan baik,” tulis Ria di media sosialnya, pada September 2019 tentang perjuangannya melawan penyakit yang dideritanya.
Kanker getah bening disebut juga dengan limfoma. Dilansir Alodokter, ada dua jenis limfoma yang paling sering ditemukan, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin.
Perbedaan kedua jenis limfoma ini terdapat pada tipe sel getah bening (limfosit) yang berkembang menjadi ganas. Pakar kedokteran pun masih belum bisa memastikan penyebab kanker kelenjar getah bening. Namun, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang lebih berisiko terkena penyakit tersebut.
Apa saja penyebabnya?
Kanker getah bening muncul ketika jumlah sel-sel limfosit di kelenjar getah bening bertambah dengan cepat dan menjadi ganas. Hal ini membuat jumlah sel getah bening menjadi terlalu banyak hingga menyebabkan kelenjar getah bening membengkak.
Sejauh ini, belum diketahui secara pasti mengapa sel limfosit bisa berkembang secara ganas. Namun, berdasarkan data dari berbagai riset kesehatan menjelaskan, ada beberapa faktor risiko yang dapat membuat seseorang lebih berisiko terkena penyakit ini.
Berikut beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kanker getah bening:
Kanker getah bening Hodgkin
- Berusia antara 20-40 tahun atau di atas 55 tahun
- Berjenis kelamin laki-laki
- Memiliki keluarga kandung yang terdiagnosis menderita kanker jenis ini
- Menderita infeksi virus Epstein-Barr (EBV) yang dapat menyebabkan mononukleosis
- Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya akibat infeksi HIV atau penggunaan obat penekan sistem kekebalan tubuh
Kanker getah bening non-Hodgkin
- Memiliki sistem kekebalan tubuh melemah
- Menderita penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis atau penyakit celiac
- Berusia di atas 60 tahun. Namun, penyakit ini juga bisa menyerang anak-anak
- Memiliki riwayat penyakit leukemia, infeksi bakteri pylori, atau infeksi virus hepatitis C dan virus Epstein-Barr (EBV)
- Memiliki riwayat sering terpapar radiasi nuklir dan bahan kimia beracun, seperti pestisida dan herbisida
- Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
Karena itu, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter jika memiliki beberapa faktor risiko di atas. Waspada dana tetap jaga kesehatan serta segera perika jika dirasakan ada gejala yang menandakan adanya kanker kelenjar getah bening, seperti:
- Pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau lipat paha
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
- Sering demam Mudah lelah Sesak napas
- Gatal-gatal
- Keringat dingin di malam hari
Meski begitu, memastikan apakah gejala kanker getah bening atau bukan, dibutuhkan pemeriksaan ke dokter. Dokter akan melakukan biopsi kelenjar getah bening, aspirasi sumsum tulang, tes darah, dan CT scan, MRI, atau PET scan. (SA)