Tingkat polusi udara jauh di bawah apa yang dianggap aman oleh Organisasi Kesehatan Dunia menyebabkan peningkatan risiko diabetes di seluruh dunia.
Sehatalami.co ~ Polusi udara sering dikaitkan dengan peningkatan risiko banyak penyakit kronis termasuk didalamnya penyakit diabetes. Dalam sebuah studi disebutkan bahwa angka terkena penyakit diabetes meningkat terkait dengan polusi udara jauh di bawah standar EPA.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan Jumat di jurnal Lancet Planetary Health menyebutkan bahwa tingkat polusi udara jauh di bawah apa yang dianggap aman oleh Organisasi Kesehatan Dunia menyebabkan peningkatan risiko diabetes di seluruh dunia.
Penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan antara penyakit dan polusi. Polusi udara diduga memicu peradangan dan mengurangi kemampuan pankreas untuk mengelola produksi insulin.
Pada 2016 sendiri, studi ini menemukan bahwa polusi udara berkontribusi pada 3,2 juta kasus diabetes baru. Di Amerika Serikat, polusi udara dikaitkan dengan 150.000 kasus baru diabetes per tahun. “Ada hubungan yang tak terbantahkan antara diabetes dan polusi udara partikel di bawah standar aman saat ini,” kata penulis studi senior Dr. Ziyad Al-Aly, asisten profesor kedokteran di Washington University seperti dilansir laman CNN.
Partikulat atau partikel polusi udara terdiri dari potongan-potongan mikroskopis debu, kotoran, asap dan jelaga yang bercampur dengan tetesan cair yang terbaik menurut EPA adalah 2,5 mikrometer. Padahal sehelai rambut manusia adalah 70 mikrometer.
Apa pun yang kurang dari 10 mikrometer tidak hanya dapat masuk ke paru-paru, tetapi juga bisa masuk ke aliran darah. Apabila itu terjadi maka akan muncul reaksi peradangan kronis yang dapat menyebabkan menyebabkan penyakit.
“Sepuluh atau 15 tahun yang lalu, kami berpikir bahwa polusi udara menyebabkan pneumonia, asma dan bronkitis dan tidak lebih dari itu. Namun Kami sekarang tahu bahwa polusi udara adalah penyebab yang sangat penting dari penyakit jantung dan stroke dan berkontribusi terhadap penyakit paru-paru kronis, kanker paru-paru dan penyakit ginjal kronis,” kata Dr. Philip Landrigan, dekan untuk kesehatan global di Sekolah Kedokteran Icahn New York.
Menurut WHO, 422 juta orang dewasa telah didiagnosis pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980. Negara berpenghasilan rendah dan menengah paling tidak dapat mengelola penyakit dan mengalami kebanyakan pertumbuhan.
Negara-negara miskin dengan sedikit sumber daya untuk menciptakan dan mempertahankan kebijakan udara bersih, seperti India, Afghanistan, Papua Nugini dan Guyana, menghadapi risiko diabetes-polusi yang lebih tinggi. Negara-negara kaya seperti Perancis, Finlandia dan Islandia menghadapi risiko rendah. Sedangkan AS menghadapi risiko moderat. (Nurul Huda)