Ia pernah dipanggil ikut seleksi calon menteri kesehatan di era Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY), namun batal diangkat jadi menteri. Kini, ia dipercaya untuk menjabat menteri kesehatan, di kabinet kerja bentukan Priseden Joko Widodo, dengan tugas meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
“Terima kasih atas dukungan dan doanya, semoga Indonesia Sehat dapat kita wujudkan dengan kerja keras dan upaya bersama,” begitu celoteh Nila Moeloek @NilaMoeloek (27/10), Akun Resmi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet Kerja 2014 – 2019.
Sehari setelah diumumkan dan dilantik sebagai menteri kesehatan, Prof. Dr. Nila F. Moeloek, Sp.M (K), memang mendapat banyak ucapan selamat dan dukungan dari para kolega, dan masyarakat luas. Rangkaian bunga ucapan selamat antara lain berasal dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia ( PB IDI), Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI Pusat), Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dan Departemen Obgin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM.
Kita masih ingat, nama Prof. Dr. Nila F. Moeloek, pernah muncul menjadi kandidat menteri kesehatan di era Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) untuk periode 2009 – 20014. Saat itu, ia sudah mengikuti tes kesehatan. Namun namanya tidak disebut saat pengumuman dibacakan oleh Presiden SBY, yang lebih memilih dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH untuk menjabat menteri kesehatan pada periode tersebut.
Meski begitu, ia kemudian dipercaya menjadi Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Millenium Development Goals (KUKPRI-MDGs) periode 2009-2014. Sebagai Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs, ia memiliki tugas tak kalah berat, lantaran rentang kerjanya yang sudah harus berakhir pada 2015. Dalam rentang itu, ia harus membantu pemerintah dalam memenuhi target pencapaian dalam menganggulangi masalah kemiskinan dan kelaparan; mencapai pendidikan dasar untuk semua; mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; menurunkan angka kematian anak; meningkatkan kesehatan ibu; memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; memastikan kelestarian lingkungan hidup; serta mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
Dalam banyak kesempatan, ia sering mengatakan meski program MDGs sudah akan berakhir tahun 2015, kedepannya masih banyak pekerjaan rumah yang harus benahi terkait dengan program-program MDGs yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Ia juga sering mengatakan, tugas yang diembannya, tidak lain adalah semata pengabdian untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang kurang beruntung.
Di penghujung tugas akhirnya sebagai Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs, secara resmi ia juga telah menyampaikan laporan pertanggungjawaban serta memberi pandangan tentang keberlanjutan upaya pencapaian MDGs pada tahun terakhirnya, di hadapan Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof. Dr. Boediono, M. Ec. Dan para pemangku kepentingan terkait lainnya, dalam sebuah public expose yang digelar di Museum Nasional Indonesia.
Jabatan Menkes sebagai pengabdian
Seperti bisa disaksikan di layar kaca, Presiden Joko Widodo ( Jokowi), memperkenalkannya sebagai Menkes bersama 34 menteri lainnya. Presiden Jokowi menilainya sebagai tokoh yang berpengalaman. “Ia adalah senior yang sangat berpengalaman,” katanya ketika memperkenalkan Nila di hadapan wartawan.
Mendapat amanah sebagai menteri kesehatan yang baru, Prof. Nila, jelas memiliki banyak pekerjaan rumah untuk diselesaikan. Ia juga mengakui, menjadi pemimpin di Kementerian Kesehatan RI bukan hal yang mudah. “Hidup saya berubah, Tuhan Maha Tahu. Tuhan memberikan saya beban pekerjaan di pundak saya untuk memimpin Kemenkes. Ini bukan tugas yang ringan, sangat saya sadari,” kata dia. Karenanya, “Mari kita bergandeng tangan. Pekerjaan ini bukan untuk saya, bukan untuk Anda, tetapi untuk masyarakat yang belum merasakan keberuntungan, kemerdekaan bangsa kita,” terangnya.
Meski begitu, ia menganggap penunjukkannya ini juga sebagai sebuah amanah. “Kerja kita ini adalah kerja yang mulia. Saya merasa bahagia mendapatkan suatu pekerjaan mulia,” kata Nila kepada para pegawainya di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (28/10/2014). Sebagai seorang yang sudah malang melintang di dunia kesehatan, ia bertekad untuk membela kesehatan masyarakat luas.
Prioritas kesehatan preventif
Terkait dengan tugas-tugasnya sebagai menteri kesehatan, meski belum secara rinci menyebutkan program-program yang akan dijalankannya, ia bertekad untuk menjalankan visi misi Presiden Jokowi di bidang kesehatan. Beberapa diantaraanya adalah bagaimana implementasi kartu Indonesia sehat dapat dijalankan. Selain itu juga terkait dengan paradigma bidang kesehatan yang akan lebih mengedepankan promosi dan pencegahan penyakit dalam program-program kementrian kesehatan.
Sebab menurutnya, kesehatan adalah soal bagaimana menjaga kesehatan.” Pencegahan penyakit lebih baik, karena kuratif (pengobatan) akan memakan biaya besar,” kata Nila dalam wawancara dengan KompasTV seusai namanya diumumkan sebagai menteri kesehatan oleh Presiden Jokowi di Istana Merdeka.
Mari kita tunggu gebrakan guru besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang sebelumnya menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden RI untuk Millenium Development Goals (MDGs), ini dalam menahkodai kementrian kesehatan.
Akankah, ia mampu mewujudkan cita-cita Indonesia yang lebih sehat, seperti janji dan kampanye Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla, kita patut mendorong dan mendukung secara kritis demi kelancaran tugas beratnya di Kabinet Kerja Presiden Jokowi-JK. Semoga. (SA)