Pusat kesehatan mandiri pesantren menjadi konsep penguatan kesehatan secara holistik untuk pesantren. Setiap stakeholder bisa saling memperkuat satu sama lain. Kita mengambil momentum-momentum perubahan di pesantren untuk membentuk sesuatu yang bisa dilaksanakan secara sustainable
Oleh : dr.H.M.Makky Zamzami, MARS | Pengurus Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK-PBNU)
Sehatalami.co ~ Pandemi covid menjadi titik balik digdaya pesantren di bidang kesehatan. Kemampuan pesantren dalam menangani wabah covid, memastikan kebutuhan santri terhadap kesehatan terpenuhi secara layak patut diancungi jempol.
Terlebih pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren menunjukkan pengakuan yang layak terhadap kemampuan pesantren dalam pengelolaan pendidikan.
Reformasi sistem kesehatan menjadi sangat penting dalam menghadapi pandemi serta segenap permasalahan kesehatan di pesantren. Presiden Republik Indonesia pada Pidato Kenegaraan tanggal 14 Agustus 2020 memberikan arahan bahwa sektor kesehatan harus direformasi secara mendasar dan prirotas pada pencegahan penyakit dan penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Walaupun Sistem Kesehatan Nasional telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 sebelum adanya pandemi COVID-19. Namun saat ini sistem kesehatan di Indonesia dinilai masih relatif lemah disebabkan oleh kecilnya investasi di sektor kesehatan khususnya di sektor kesehatan masyarakat termasuk infrastruktur dan kemampuan sumberdaya pada aspek promotif, preventif maupun kuratif.
Menuju Santri Sehat, Pesantren Kuat
Pesantren memiliki investasi yang kuat dalam sumber daya promotif preventif, namun lemah dalam kuratif. Sebagai upaya mewujudkan santri sehat, pesantren kuat, indonesia maslahat, pemerintah hadir dalam kebijakan Pesantren Sehat, santri husada dan gerakan masyarakat sehat (GERMAS) yang dalam praktiknya memang belum kuat dalam menjaga keberlanjutan program.
Selain itu, gerakan ini juga belum massif menjadi prioritas pesantren, gerakan ini hanya menjadi gerakan yang dilakukan oleh pesantren yang mendapatkan program. Dalam melaksanakan ini walaupun ada upaya survei mawas diri pesantren, namun tetap semuanya memakai konsep yang diberikan dengan tema-tema tertentu setiap tahunnya, semisal tahun ini TBC, maka GERMAS mengangkat TBC walaupun ada permasalahan kesehatan lain di dalam pesantren yang menjadi prioritas.
Melalui momentum hari santri, potensi besar dunia pesantren sebagai miniatur kesehatan masyarakat terlihat sangat jelas. Santri sebagai motor penggerak kesehatan pesantren dapat menjadi roda penguat pendidikan kesehatan pesantren.