Belum lama ini kita dikejutkan oleh informasi seputar infeksi listeriosis yang disebabkan oleh konsumsi buah melon asal Australia. Dan Kita pun jadi khawatir mengonsumsi buah melon, seperti apa sebenarnya faktanya?
Sehatalami.co ~ Seperti banyak dikutip media nasional, adalah Kepala Badan Karantina Kementrian Pertanian, Banun Harpini, yang belum lama ini menyatakan bahwa buah rock melon asal Australia tercemar bakteri Listeria. Sebelumnya melon impor dari Amerika juga diberitakan mengandung bakteri lesteriosis.
Seperti dikutip Tempo.co (7/3/18), Banun Harpini menyatakan ia sudah mendapat konfirmasi langsung dari pemerintah Australia mengenai berita tersebut. “Benar kasus ini terjadi. Kami sudah mendapat konfirmasi resmi pemerintah Australia,” ujar Banun Harpini, Kepala Badan Karantina Pertanian melalui akun Twitter resmi Badan Karantina @Barantan_RI.
Sebelumnya (3/3) Associated Press, melansir tiga orang telah meninggal dunia. Awal mula wabah ini datang dari seorang petani yang berasal dari negara bagian timur New South Wales (NSW). Akibat adanya wabah ini, pihak produsen –yang namanya tidak disebutkan– menghentikan perdagangan dan sedang melakukan investigasi terhadap wabah tersebut.
Otoritas kesehatan NSW mengatakan, korban yang berjumlah 15 orang tersebar secara nasional dari Victoria hingga Tasmania. “Kami dapat memastikan bahwa 13 dari 15 korban mengkonsumsi buah melon sebelum mereka mengalami keracunan,” kata Direktur Penyakit Menular NSW, Vicky Sheppeard. Akibat adanya wabah ini, otoritas kesehatan telah menarik buah melon yang terindikasi terkontaminasi listeria dari pasaran.
Baca juga : Telepon Cerdas Memicu Insomnia ? Selamatkan Kualitas Hidup Anda
Menurut Banun Harpini, kejadian paparan bakteri Listeria, merupakan sinyal darurat bagi pemerintah Indonesia untuk segera melakukan tindakan antisipatif. Meski demikian, Banun menegaskan bahwa tak ada importasi secara langsung buah rock melon ke Indonesia. “Buah ini diekspor ke Malaysia, Singapura dan beberapa negara lainnya. Kita perlu waspadai utamanya masyarakat yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura, ” ujar Banun.
Masyarakat Kepulauan Riau, Batam dan pesisir Sumatera sangat berisiko. “Bukan tidak mungkin masyarakat di pesisir timur Sumatera berpeluang mengkonsumsinya, karena lalu lintas orang ke negeri seberang cukup intens,” ujarnya. (bersambung)