Proses ovulasi pada wanita biasanya berhenti di rentang usia 40-60 tahun. Wajarlah, jika menginjak usia 40-an para wanita merasa khawatir akan datangnya menopause. Setelahnya masalah kesehatan pun mengintai. Apa yang harus dilakukan?
Sehatalamai.co ~ Karena itu, persiapan yang baik perlu dilakukan, karena diyakini persiapan yang baik dalam menyambut datangnya menopause akan mengurangi keluhan perimenopause.
Setelah menopause, kerentanan terhadap beberapa penyakit pun meningkat. Karenanya, beberapa pemeriksaan penting dilakukan di rentang usia ini, seperti Pap smear dan mammografi (untuk mendeteksi kanker leher rahim dan kanker payudara).
Selain itu juga perlu melakukan tes kepadatan tulang (untuk mendeteksi osteoporosis), juga pemeriksaan tekanan darah dan kolesterol. Latihan-latihan pelepas stres, seperti yoga, meditasi, dan tai chi juga disarankan. Selanjutnya hal-hal di bawah ini perlu diwaspadai.
1. Kanker
Dikatakan oleh Block, dengan bertambahnya usia, di dalam tubuh terakumulasi kerusakan-kerusakan DNA, juga bahan-bahan kimia yang berpotensi meningkatkan risiko kanker, baik payudara, ovarium, maupun kanker kolon.
Kanker mulut rahim pun masih mungkin menyerang pada usia ini. Karenanya, usaha-usaha pencegahan kanker masih tetap diperlukan.
2. Perimenopause (gangguan sebelum dan sesudah menopause)
Sebelum masuk ke masa menopause (biasanya 50-55 tahun) wanita akan mengalami pramenopause. Gejala-gejalanya, antara lain muncul bercak darah/kecokelatan sebelum menstruasi, pendarahan tidak normal – bisa sangat banyak atau justru sangat sedikit – pada saat menstruasi.
Gejala-gejala lain yang perlu dikenali, misalnya ketidaknyamaan PMS yang semakin parah, sulit tidur, sering gelisah, pelupa dan sulit konsentrasi, payudara sakit atau membengkak, berat badan meningkat, gairah seksual tidak menentu, dan rasa panas yang muncul tiba-tiba, biasanya di sekitar leher dan wajah (hot flashes).
Penyebabnya tak lain adalah terganggunya keseimbangan hormon karena produksi hormon wanita – estrogen dan progesteron – mulai menurun.
Solusi: Solusi sederhana untuk mengatasi gangguan-gangguan akibat penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh, perbanyak konsumsi makanan berbahan kedelai. Kedelai mengandung isoflavon yang berisi fitoesterogen – estrogen alami dari tumbuh-tumbuhan.
Meski begitu, tetap perlu diingat bahwa fitoestrogen bukan estrogen yang dihasilkan oleh indung telur, sehingga efek yang dihasilkan tidak sama, meski tetap dapat mengurangi gejala menopause,” kata Sisilia.
Herba lain adalah black cohosh, yang dalam uji klinis terbukti mengurangi hot flashes. Namun, beberapa ahli mengingatkan adanya efek samping pada sistem pencernaan.
Sedangkan St John’s Wort/gulma kambing (Hypericum perforatum) telah terbukti dapat mengurangi kegelisahan/depresi akibat perubahan hormon saat memasuki masa menopause. Cara kerjanya adalah dengan meningkatkan produksi dopamin dan serotonin yaitu hormon otak yang mempengaruhi suasana hati. (bersambung).