Ada 2 pilihan untuk penderita gagal ginjal kronis: tranplantasi atau cuci darah. Sebelum terjadi, jaga kesehatan ginjal Anda.
sehatalami.co. Sejak kecil sampai usia 20-an, Tia (kini 47 tahun) – bukan nama sebenarnya – yang berprofesi sebagai guru, tidak pernah sakit berat. Suatu hari, tiba-tiba dadanya sesak dan susah bernapas.
Ia dilarikan ke RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Satu bulan lebih ia menginap di RS, dan sejak itu dunianya berubah. Ia dinyatakan mengidap penyakit ginjal kronis (PGK) dan harus cuci darah. Sampai kini, sudah 20 tahun ia rutin melakukan dialisis (cuci darah) 2x seminggu.
Gangguan ginjal ringan sering tidak dirasakan. Seperti yang dialami Tia, ia tidak merasakan apa-apa pada awalnya. Bila dibiarkan, penyakit bisa sampai pada tahap kronis.
“PGK adalah kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologik atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria,” ujar Prof. DR. Dr. Endang Susalit, SpPD-KGH, dari Divisi Ginjal Hipertensi-Dept. Penyakit Dalam FKUI/RSCM, pada acara peringatan Hari Ginjal Dunia (8 Maret).
Manusia memiliki 2 buah ginjal, seukuran kepalan tangan. Setiap hari, ginjal bekerja keras menyaring rata-rata 200 liter darah. Ginjal berfungsi menyaring racun dan kelebihan air dalam darah, mengendalikan tekanan darah, memroduksi sel darah merah dan ikut menentukan kesehatan tulang.
Di Indonesia, penderita gagal ginjal kronis saat ini diperkirakan sekitar 70.000 orang. Dari jumlah ini, hanya sekitar 10% yang mampu menjalani cuci darah.
Sementara yang sudah cangkok ginjal, jumlahnya jauh lebih kecil. Sejak tahun 1977, hanya sekitar 500 penderita di Indonesia yang menjalani cangkok ginjal. Ada, memang, yang menjalani cangkok ginjal di manca negara (biasanya Cina). Jumlahnya dikabarkan sekitar 1000 orang. (bersambung)