Diabetes sering diremehkan, dulu maupun sekarang. Di negara-negara Barat terutama Amerika, diabetes mellitus kian tidak terkendali sejalan dengan makin tidak terkontrolnya obesitas di kalangan anak-anak. Sebelum “wabah” tersebut “menular” ke Indonesia, sebaiknya kita mewaspadainya.
Sehatalami.co ~ Tingginya prevalensi penderita diabetes di dunia pada 2010 lalu adalah 285 juta atau 6,4% dari populasi dewasa dunia. Jumlah diabetesi di dunia naik menjadi 425 juta jiwa pada tahun 2017. Meski begitu, masih banyak orang yang tidak sadar dirinya atau anggota keluarganya memiliki faktor rosiko terkena diabetes.
Padahal, International Diabetes Federation (IDF) mencatat saat ini setiap 8 detik ada orang yang meninggal akibat diabetes di dunia. WHO (badan kesehatan dunia) yang pernah meramalkan bahwa di tahun 2025 penderita diabetes di dunia akan menjadi sekitar 300 juta orang, bahkan kini telah terlampaui. Mengerikan bukhan?
Bagaimana dengan Indonesia? Data di Indonesia – meskipun tidak lengkap – menunjukkan bahwa 1,2 – 2,3% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas menderita diabetes. Indonesia berada di urutan ke-4 dunia jumlah penderita diabetes dengan prevalensi tinggi di dunia (29,55%) untuk angka prediabetes: gula darah di antara 100 – 125 mg% (puasa) atau 140 – 199 mg% (tes toleransi gula). Kini bahkan prediabetes ditemukan pada kelompok muda usia.
Persentase prevalensi diabetes di DKI Jakarta menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya, yakni meningkat dari 2,5 persen menjadi 3,4 persen.
Menurut Survey Registration Sample pada 2014, Jakarta menyumbang kematian terbesar ketiga di Indonesia akibat penyakit diabetes dengan persentase sebesar 6,7 persen. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dr. Dwi Oktavia Handayani, M.Epid.
Menurutnya selain menimbulkan kematian, diabetes juga bisa menyebabkan berbagai penyakit tidak menular (PTM) bagi masyarakat. Mengejutkannya lagi, penyakit ini juga bisa mengurangi angka harapan hidup seseorang mulai dari 5-10 tahun.
Lima provinsi dengan prevalensi diabetes tertinggi adalah DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Jawa Timur. Penduduk di wilayah tersebut perlu memperhatikan pola konsumsi atau menjaga aktivitas supaya tidak diabetes.
Survei yang dilakukan IDF mengungkap bahwa 51% penderita diabetes yang terdiagnosa merasa membebani keluarga. Dua dari lima (43%) merasa cemas ketika terdiagnosa, dan 46% tidak ingin menyusahkan keluarga.
Sebelum diabetes semakin gawat atau menjadi komplikasi penyakit lainnya, anggota keluarga dapat mencermati gejala diabetes sejak dini, antara lain sering buang air kecil, cepat haus, lekas lapar, berat badan turun drastis, luka sulit sembuh, dan gejala lainnya.
Dua tipe diabetes.
Ada dua tipe diabetes yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 umumnya diderita anak-anak dan orang muda, karena penyebabnya sudah ada sejak janin dalam kandungan. Pada diabetes tipe 1 tubuh tidak mampu memproduksi cukup hormon insulin disebabkan kerusakan pada sel-sel pakreas yang diserang oleh sistem imun tubuh sendiri.
Sel-sel pankreas tugasnya memproduksi inulin. Kekurangan insulin menyebabkan gula dalam darah tidak dapat masuk ke sel-sel untuk diubah menjadi energi. Dengan demikian darah kebanjiran gula. Obatnya hanya satu, yaitu suntik insulin.
Diabetes tipe 2 adalah bentuk yang paling umum dari diabetes, karena dihubungkan dengan berat badan berlebih dan kurang aktivitas fisik. Saat ini di negara-negara Barat disinyalir anak-anak banyak yang mengalami kelebihan berat badan bahkan banyak yang telah menderita obesitas.
Obesitas merupakan salah satu penyebab diabetes. Berhubung gejala diabetes nyaris tidak terlihat, maka jika Anda merasa terus menerus haus, sering buang air kecil, sering gatal-gatal tanpa sebab, maka sebaiknya meriksakan kadar gula darah Anda ke laboratorium.
Dengan demikian diabetes dapat diketahui lebih dini dan Anda sempat melakukan pencegahan atau mengontrol kadar gula darah Anda (dengan obat-obatan) sebelum muncul berbagai komplikasi yang mematikan.
Resistensi insulin
Insulin adalah hormon khusus yang diproduksi oleh pankreas, yaitu suatu kelenjar endokrin yang terletak di perut bagian bawah. Insulin berperan sangat penting dalam membukakan saluran untuk memindahkan gula darah dari aliran darah ke sel-sel.
Di dalam sel-sel, gula darah diubah menjadi energi. Proses ini disebut blood sugar metabolism atau metabolisme gula darah. Pada penderita diabetes yang terjadi adalah: pankreas tidak mampu memproduksi cukup insulin atau insulin (yang jumlahnya mencukupi) tidak dapat bekeja dengan efektif untuk mempertahankan metabolisme gula darah sebagaimana seharusnya.
Sel-sel menjadi kekurangan energi dan setiap saat bisa mati. Terjadi kekacauan yang disebut metabolic syndrome atau syndrome X. Sindrom resistensi insulin tak diragukan meningkatkan risiko diabetes yang disebut sebagai kondisi pre-diabetes.
Sindrom resistensi insulin itu sendiri bukanlah penyakit melainkan sekumpulan permasalahan/kekacauan yang muncul bersama-sama. Dalam hal ini IDF memberikan suatu definisi baru yang disebut belly fat.
Kondisi belly fat atau perut gendut (karena timbunan lemak) muncul jika Anda mempunyai minimal dua gejala dari lima gejala berikut: meningkatnya kadar trigliserid (yaitu sejenis lemak di dalam darah), menurunnya kadar kolesterol ‘baik’ HDL, meningkatnya tekanan darah, meningkatnya kadar gula darah puasa (puasa yang diwajibkan ketika akan memeriksakan diri ke laboratorium), atau sebelumnya memang sudah didiagnosa sebagai penderita diabetes tipe 2. (SA)