Musim hujan kembali ke titik ekstrimnya. Beberapa daerah di DKI Jakarta mulai terendam banjir meski debit air masih belum selesai. Perlu siap siaga jika saatnya banjir bencana makin menjadi. Bagaimana kita menyiapkan diri agar bisa membantu meringankan penderitaan para korban dengan cepat dan tepat?
Sehatalami.co ~ Musim hujan kembali datang. Wajar jika kita mulai waspada. Sebab diperkirakan ini belum sampai pada titik klimaknya. Meski begitu, dampak hujan deras semalam suntuk di DKI Jakarta di malam tahun baru, sudah mulai terasa. Sebagian titik ruas jalan raya tergenang air, dan pemukiman penduduk banyak yang tergenang air.
Belum ada berita korban jiwa memang, namun bukan berarti kita tidak perlu bersiap siaga. Apalagi beberapa daerah di seputaran DKI Jakarta juga banyak yang terdampak hujan lebat semalam dengan munculnya banyak perumahan dan jalanan yang tidak bisa dilalui. Di Bekasi, Tangerang, bahkan banyak berita menyebutkan dampak banjir mulai terasakan mengganggu aktivitas warga.
Khusus warga DKI Jakarta jelas harus lebih waspada, pasalnya luapan sungai Ciliwung masih belum terlaporkan. Banjir dan genangan yang terjadi masih baru dampak dari limpahan air di tempat. Belum merupakan air kiriman dari puncak sebagaimana ditakutkan seperti biasanya. Itulah alasan agar warga DKI Jakarta siap siaga.
Terkait dengan banjir yang terjadi di beberapa wilayah DKI Jakarta, Pemprov DKI Jakarta mengambil sikap untuk bertanggung jawab menangani persoalan banjir. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menekankan jajarannya akan menanggulangi seluruh kebutuhan warga terdampak.
“Seluruh Jajaran Pemprov DKI Jakarta bersiaga. Faktanya ada banjir di Jabodetabek, termasuk di berbagai wilayah di Jakarta. Kami ambil sikap bertanggung-jawab: Semua yang menjadi kebutuhan dasar keselamatan dalam kondisi banjir ini akan ditanggulangi,” kata Anies dalam akun Intagramnya, seperti dilihat, Rabu (1/1/2019).
Persiapan untuk diri sendiri
Yang tak kalah penting dalam menghadapi musibah adalah kesiapan diri sendiri. Jika kita memahami bahwa tempat tinggal kita mempunyai risiko tertentu, ada baiknya kita mempersiapkan diri – kalau perlu dengan melakukan latihan.
Warga dan masyarakat yang rawan banjir misalnya sebelum banjir tiba, sebaiknya memasang beberapa pengaman di rumah dan membiasakan diri membungkus surat-surat penting dalam kemasan tahan air.
Dengan demikian kita sudah sangat terkondisi secara mental sehingga ketika bencana tiba, kita tidak mengalami shock dankehilangan orientasi. Lalu, bagaimana kita menyikapi bencana yang terasa berat bagi kita?
- Jangan memaksa diri untuk bersikap tegar. Terimalah kejadian itu sebagai masa yang berat dan izinkan diri Anda untuk merasa sedih.
- Carilah teman untuk berbagi; semakin cepat Anda membicarakannya semakin cepat proses ‘penyembuhan’.
- Lakukan relaksasi yang paling sesuai, apakah sekadar bernapas panjang, bernyanyi, atau berolahraga. Namun, hindari pemakaian zat-zat yang merusak kesehatan, seperti alkohol atau rokok
- Hindari pengambilan keputusan agar Anda tidak terlalu terbebani.
- Walau tidak mudah, tetaplah menjalin hubungan dengan saudara, kerabat, dan teman karena mereka dapat menjadi pengingat bagi kita bahwa ada hal bermakna lainnya yang perlu dijaga.
- Dan yang terpenting, berdoalah. Berdoa tidak saja bernilai ibadah, tetapi juga merupakan relaksasi dan pelepasan emosi negatif yang paling efektif.
Bisa membantu diri sendiri apalagi membantu sesama akan menimbulkan perasaan puas dan berharga yang tidak bisa dibeli dengan uang seberapa pun. Apalagi kalau hal itu dilakukan dengan penuh keikhlasan. Berkah yang Anda terima sebagai imbalan biasanya akan lebih besar dari bantuan apa pun yang Anda berikan. (bersambung).