Ginjal akan kembali ‘riang’ berfungsi sempurna begitu tubuh mendapatkan konsumsi air yang cukup. Dalam prosesnya terjadilah ‘pengenceran’ kembali air seni, sehingga warnanya lebih jernih dan total volume air seni yang dikeluarkan dalam sehari bisa normal kembali.
Sehatalami.co ~ Dalam beberapa hari belakangan, suhu udara di luar ruangan sangat panas dan menyengat. Di laporkan di beberapa daerah suhu udara bahkan mencapai 38 derajat celsius.
Pada 20 Oktober terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi yaitu, Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38,8 derajat celcius, diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38,3 derajat celcius, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37,8 derajat celciua.
“Berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan khatulistiwa, hal ini erat kaitannya dengan gerak semu Matahari,” kata Deputi Bidang Meteorologi R. Mulyono R. Prabowo, dalam keterangannya, 20 Oktober 2019.
“Seperti diketahui pada September, Matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan Bumi selatan hingga Desember.” Hal ini bisa memicu dehidrasi, dan tak jarang membuat tubuh mudah lelah karena asupan air dalam tubuh mudah terkuras.
Di sisi lain, banyak di antara kita yang belum membiasakan diri mencukupi kebutuhan tubuh akan air. Kita tahu, air adalah nutrien yang sangat vital untuk semua proses yang terjadi dalam tubuh kita. Dalam proses berpikir, air adalah elektrotrasmitor terhandal untuk kerja otak.
Bahkan sekitar 20 persen kandungan air dalam tubuh kita diserap untuk menyuplai kebutuhan otak. ”Bayangkan apa yang akan terjadi jika suplai air dalam tubuh tidak mencukupi?” tandas Dr Tan.
Sekali pun kita tahu bahwa ginjal menyaring darah dan bersama air membuang zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan tubuh lagi dalam bentuk air seni, namun sebelum air seni diizinkan keluar dan ditampung dalam kandung kemih, ginjal melakukan ‘pengecekan’ sekali lagi.
Bila ternyata kadar air yang beredar di seluruh tubuh menjadi berkurang banyak, maka otak mengeluarkan ADH (Anti Diuretik Hormon) yang memerintah ginjal agar menyerap kembali airnnya dan tidak membuang semua semua airnya.
Ginjal Sehat dengan Asupan Air yang Cukup
”Inilah mengapa terjadi pemekatan air seni : sehingga meski selama puasa, misalnya kita tetap buang air kecil, tapi karena kadar airnya lebih sedikit (akibat penyerapan kembali oleh ginjal), maka air seni berwarna menjadi lebih gelap dan dengan volume yang juga berkurang,” jelas Dr Tan penulis buku, “Aku Pilih Sehat”.
Ginjal akan kembali ‘riang’ berfungsi sempurna begitu tubuh mendapatkan konsumsi air yang cukup. Dalam prosesnya terjadilah ‘pengenceran’ kembali air seni, sehingga warnanya lebih jernih dan total volume air seni yang dikeluarkan dalam sehari bisa normal kembali (mencapai 1500-2000 cc per hari).
Tidak hanya itu, kekurangan air dalam keseluruhan tubuh juga membuat air dalam usus besar diserap kembali. Akibatnya, kotoran (feses) lebih solid, keras bahkan cenderung sulit dikeluarkan meski konsumsi sayur sudah berlimpah-ruah. “Dari sinilah sebenarnya anjuran ‘minum air lebih banyak’ berasal,” kata Dr Tan. (SA)