Adakah pengaruh makanan pada sikap atau perasaan bahagia seseorang? Atau adakah pengaruh makanan pada susahnya orang untuk memberi senyum pada orang lain? Artikel ini memberikan jawabannya!
Sehatalami.co ~ Pernahkah terpikirkan jika makananan ternyata bisa berpengaruh pada susahnya orang untuk tertawa? Hem…, mungkin Anda berpikir pertanyaan ini hanya mengada-ada saja! Tetapi jika yang ditanya adalah mengapa Anda susah tersenyum? Apakah karena gigi Anda sakit atau gusi Anda bermasalah? Mungkin cukup relevan.
Meski begitu, jangan mengambil kesimpulan terlebih dahulu. Sebab faktanya makanan sangat mempengaruhi kesehatan gigi dan gusi. Nah, itu dia! Jika gigi dan gusi sehat tentu tidak susah dan malu bukan untuk tertawa lepas atau tersenyum?
Sebaliknya jika gigi dan gusi mengalami gangguan, seperti radang gusi, gigi keropos, napas bau, apa iya sih kita cukup pe-de untuk tertawa lebar? Masuk akal bukan? Tentu ada faktor lain yang mempengaruhi bahagia tidaknya seseorang.
Makanan yang sehat, yang berpengaruh pada gigi dan gusi yang sehat, napas yang segar hanyalah salah satu di antara faktor-faktor yang bisa membuat orang lebih pe-de dan bahagia.
Ingian tahu bagaimana korelasi antara makanan dan kebiasaan makan dengan munculnya rasa bahagia? penjelasn berikut ini wajib kamu ketahui:
1. Jambu biji
Setiap hari tubuh kita memerlukan 50-60 mg vitamin C. Dengan menyantap satu buah jambu biji ukuran sedang, kecukupan tersebut sudah dapat dipenuhi. Sebab satu buah jambu biji ukuran sedang (berat 200 g) mengandung 190-285 mg vitamin C. Jumlah vitamin C yang terdapat dalam sebuah jambu biji ini cukup berlimpah untuk memenuhi kecukupan sehari.
Mengkonsumsi cukup vitamin C membantu menjaga kesehatan jaringan kolagen pada gusi. Jika kita kekurangan vitamin C, jaringan kolagen gusi mudah rusak, sehingga gusi menjadi lunak dan mudah ditembus bakteri penyebab penyakit gusi. Gusi berdarah dan radang gusi termasuk salah satu gejala defisiensi vitamin C.
Sumber lain vitamin C: belimbing manis, jeruk (jeruk bali, jeruk keprok, jeruk manis), kedondong, mangga, nenas, pepaya, rambutan, sirsak, stroberi. Kol juga merupakan sumber vitamin C yang dapat diandalkan. Hanya saja, karena vitamin C sangat mudah rusak jika dimasak, kol sebaiknya disantap mentah, baik sebagai campuran salad maupun lalap.
2. Keju
Kandungan karbohidratnya rendah, tapi berlimpah kalsium dan fosfor. Komposisi nutrisi seperti ini menjadikan keju mampu mengendalikan pertumbuhan bakteri penyebab keropos gigi, dengan cara menjaga keseimbangan keasaman (pH) mulut.
Keju juga menjaga keutuhan email gigi, bahkan membantu pembentukannya kembali. Dengan makan keju, mulut memproduksi lebih banyak air liur, yang dapat membunuh bakteri penyebab gigi berlubang dan penyakit gusi.
Potongan keju bisa dinikmati sebagai starter, yaitu “snack” pembuka, sebelum kita bersantap. Atau, bisa juga dinikmati setelah usai menyantap hidangan makan malam, di sela-sela atau setelah menikmati dessert. Cukup 2 kubus keju @ 1 cm.
3. Wijen
Bagaimana kalau mulai sekarang kita lebih rajin memanfaatkan wijen dalam makanan sehari-hari? Taburkan wijen sangrai dalam sup, salad, tumisan, bahkan kolak. Tak soal apakah itu wijen putih atau wijen hitam. Hanya saja, wijen hitam lebih kaya senyawa mineral mikro, terutama seng dan mangan, yang sangat baik untuk merangsang pertumbuhan jaringan kolagen gusi.
Mengunyah wijen memiliki efek pembersihan terhadap plak gigi dan merangsang pembentukan email gigi. Wijen kaya mineral kalsium, yang membantu melindungi tulang sekitar gigi dan gusi.
4. Bawang bombai
Karena baunya, bawang bombai dapat “mencemari” bau mulut kita. Jadi, bagaimana bisa ia dikatakan dapat membuat kita lebih rajin tertawa? Sabar dong! Kalau hanya untuk mengusir bau mulut yang ditinggalkan bawang bombai, kunyahlah seledri. Bau mulut tak nyaman akan sirna, gigi dan gusi pun menjadi lebih sehat. Sebab seledri juga dapat diandalkan sebagai penjaga kesehatan mulut.
Bawang bombai, dan juga bawang mentah lainnya, seperti bawang merah dan bawang putih, mengandung senyawa belerang (sulfur) yang berkekuatan besar melumpuhkan bakteri. Dari hasil riset, senyawa belerang dalam bawang bombai mampu mematikan segala jenis bakteri mulut, termasuk bakteri Streptococcus mutans penyebab gigi berlubang. Kemampuan ini paling optimal jika bawang bombai dikunyah mentah-mentah.
Nah, kini jangan ragu lagi untuk mencampurkan irisan bawang bombai ke dalam salad dan isian sandwich atau burger.
5. Seledri
Menikmati seledri mentah melindungi mulut dengan dua cara. Pertama, mengunyah seledri menghasilkan banyak air liur, yang membantu melumpuhkan aktivitas bakteri Streptococcus mutans penyebab gigi keropos. Kedua, selama kita mengunyah seledri, kandungan seratnya yang tinggi memiliki efek memijat gusi dan membersihkan sisa-sisa makanan di sela gigi.
Lebih dari itu, mengunyah seledri dapat menyegarkan aroma mulut. Karena itu, makan seledri mentah sangat dianjurkan setelah kita menyantap makanan yang meninggalkan bau tajam di mulut, seperti bawang. Seledri mengandung monoterpen, suatu senyawa mudah menguap yang bisa dengan cepat diserap ke dalam paru-paru. Nah, dari sinilah kemudian aroma segar seledri dialirkan melalui napas kita.
Bahan lain yang memberikan manfaat menyegarkan napas dan mulut adalah kemangi dan daun mint.
Seledri tidak harus dimakan tersendiri. Kita bisa juga mencampurkannya ke dalam salad atau hidangan mentah lain. Demikian pula dengan kemangi dan daun mint. Namun jangan bubuhkan seledri, serta kemangi dan daun mint, ke dalam masakan. Panas pemasakan membuat zat aktifnya, yang meredam bau napas dan mulut tak sedap itu, menjadi rusak dan berkurang khasiatnya.
6. Jamur hioko
Kini, jamur satu ini lebih populer dengan nama Jepang-nya, yakni shiitake. Hioko alias shiitake berlimpah senyawa sejenis gula yang disebut lentinan. Dengan menyantap hioko, zat aktif lentinan akan mencegah aktivitas bakteri mulut membentuk plak gigi.
Yang mengagumkan, khasiat lentinan ternyata tidak rusak walaupun jamur telah dikeringkan atau bahkan dimasak. Jadi, jika tidak menemukan jamur segar, kita bisa juga memanfaatkan jamur kering. Rendam dulu jamur kering dalam air mendidih hingga mengembang dan empuk, sebelum digunakan dalam masakan.
Untuk memetik manfaatnya dalam menjaga kesehatan mulut dan gigi, manfaatkan jamur hioko alias shiitake beberapa kali seminggu. Tambahkan beberapa iris hioko dalam tumisan, sup, ataupun masakan lainnya. Masukkan jamur sesaat sebelum masakan diangkat dari api.
Walaupun kadarnya tidak setinggi yang terdapat dalam jamur hioko, jamur-jamur jenis lain juga cukup mengandung senyawa lentinan. Seperti jamur merang, jamur kuping, jamur kayu.
7. Radis
Radis, serta sayuran umbi yang masih sekeluarga dengannya, khususnya bit dan lobak, mengandung senyawa isotiosianat. Senyawa ini menjadikan rasa sayuran umbi sejenis radis agak pedas. Semakin tinggi kadarnya, semakin meningkat rasa pedasnya.
Senyawa isotiosianat inilah yang mampu mengerem aktivitas merusak dari bakteri mulut penyebab gigi keropos. Selain disantap mentah sebagai salad; manfaat isotiosianat dalam radis, bit, maupun lobak bisa juga didapat setelah dimasak. Pemasakan hampir tidak mempengaruhi khasiat isotiosianat.
Dibandingkan dengan radis, bit, dan lobak; radis jepang (wasabi) paling banyak mengandung senyawa isotiosianat. Karena itu, rasa wasabi cukup pedas. Sayangnya, di Indonesia kita sulit mendapatkan wasabi yang segar. Walaupun demikian, wasabi olahan yang telah berbentuk pasta pun masih bisa diandalkan sebagai sumber isotiosianat.
Manfaatkan pasta wasabi sebagai campuran saus salad. Untuk setiap 1 sendok teh pasta wasabi campur dengan 1 sendok teh kecap asin encer, 1 sendok makan madu, ½ sendok teh minyak wijen, dan 3 sendok makan cuka beras. (SA)