Sehatalami.co ~ Sejak awal tahun, lonjakan kasus covid-19 terus bertambah. Mengantisipasi terjadinya puncak gelombang ketiga covid-19 yang diprediksi pertengahan Februari 2022, program vaksinasi Covid-19 booster pun terus digalakkan. Terutama menyasar kelompok usia rentan, seperti lanjut usia (lansia) dan pengidap komorbid.
Disebutkan, hal tersebut sebagai langkah antisipasi menghadapi lonjakan kasus COVID-19 RI akibat cepatnya penyebaran varian Omicron di Indonesia. Terkait dengan hal tesebut, Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman, Wien Kusharyoto, menjelaskan penularan varian Omicron memang dua kali lebih cepat dibanding varian Delta.
Dijelaskannya, jika sebelumnya covid-19 varian Delta, sempat memicu lonjakan kasus besar-besaran di Indonesia pada Juli 2021, saat ini dunia sedang menghadapi lonjakan kasus covid-19 akibat varian Omicron, yang penyebarannya jauh lebih cepat.
Karena itu, pemberian dosis ketiga atau booster vaksin covid-19, sangat penting dilakukan. Terlebih, dua dosis vaksinasi COVID-19 sebelumnya, terbukti mampu meredam lonjakan covid-19 varian Delta, sehingga mengalami penurunan.
Meski begitu, vaksin pertama dan kedua, saat ini diperkirakan sudah mengalami penurunan tingkat perlindungan dalam waktu hitungan bulan setelah suntikan dosis lengkap, karena itu kemungkinan bisa tertular varian omicron cukup tinggi.
“Kemungkinan tertular oleh varian Omicron ini lebih tinggi dari varian Delta, hampir dua kali lipat lebih tinggi dari varian Delta. Seseorang sudah mendapat booster memang terjadi penurunan kemungkinan penularan karena Omicron,” terangnya dalam konferensi pers ‘Riset Pengembangan Vaksin COVID-19 untuk Indonesia Pulih Bersama Bangkit Perkasa’, Rabu (26/1/2022).
“Namun sebagai varian, ini sebagaimana untuk booster masih mampu melindungi seseorang dari kemungkinan harus dirawat di rumah sakit atau diperparah oleh infeksi tersebut,” sambungnya.
Lebih lanjut, Wien menjelaskan, perlindungan dari hanya dua dosis vaksin COVID-19 menurun dalam waktu hitungan bulan. Misalnya Pfizer, dalam waktu lebih dari enam bulan setelah suntikan dosis kedua, perlindungannya bisa menurun hingga mencapai sisa dua persen.
Begitu pun booster bisa mengalami penurunan tingkat perlindungan. Akan tetapi, penurunannya tidak sebesar dua dosis suntikan vaksin COVID-19. “Namun ketika booster, peningkatannya cukup signifikan. Artinya, efektivitas booster kemudian mampu memberikan perlindungan sekitar 63 persen. Efektivitasnya sekarang kira-kira sebesar 63 persen,” terang Wien.
“Moderna atau Pfizer ini (efektivitasnya) sekitar 94 persen. Namun sekali lagi booster seiring berjalannya waktu akan berkurang efektivitasnya setelah kira-kira 2,5 bulan setelah pemberian booster efektivitasnya turun atau kemungkinan besar penularannya lebih landai dibandingkan penurunan perlindungan setelah vaksinasi tahap kedua,” pungkasnya. (SA)