Dari 7.645 orang perempuan yang memperoleh suntikan hormon estrogen, sel kanker payudara yang terdapat dalam tubuh mereka justru menurun hingga 20 persen. Berikut beberapa kilasan info sehat untuk Anda.
Sehatalami.co ~ Kombucha, minuman teh yang terbuat dari fermentasi bakteri Acetobacter, pernah dituding badan pengawas makanan di Amerika Serikat, FDA, sebagai minuman berbahaya, namun tidak terbukti.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fred Hutchinson Cancer Research Center, Seattle, Amerika Serikat menemukan fakta cukup mengejutkan. Dari 7.645 orang perempuan yang memperoleh suntikan hormon estrogen, sel kanker payudara yang terdapat dalam tubuh mereka justru menurun hingga 20 persen. Berikut beberapa kilasan info sehat untuk Anda.
1. Hormon estrogen
Hormon estrogen sering dituduh sebagai penyebab kanker payudara. Namun Fred Hutchinson Cancer Research Center, Seattle, Amerika Serikat menemukan fakta cukup mengejutkan. Dari 7.645 orang perempuan yang memperoleh suntikan hormon estrogen, sel kanker payudara yang terdapat dalam tubuh mereka justru menurun hingga 20 persen.
“Bila perkembangan sel kanker tersebut sudah berhasil dihambat, pekerjaan selanjutnya adalah mematikannya. Dan para pasien itu pun dapat selamat dari cengkeraman maut,” ujar Garnet Anderson, salah satu peneliti lembaga itu.
Meskipun demikian terapi ini tidak bisa diterapkan pada setiap orang. Perempuan yang memiliki riwayat kanker payudara secara langsung dan berisiko terhadap stroke tidak dianjurkan menjalani terapi ini. Alasannya, uji klinis mengenai efek estrogen terhadap orang yang “berbakat” kanker masih perlu dikembangkan lagi. “Estrogen juga dapat memicu penggumpalan darah dan stroke,” ungkap Anderson. (SA)
2. Gula dari Kertas Bekas
Selama ini, kita mengenal gula berasal dari jagung, tebu, enau, dan maple. Belakangan ini Virdia Inc. salah satu perusahaan kimia di Mississipi, Amerika Serikat, mencoba mengembangkan pembuatan gula dari kertas bekas.
“Kertas bekas dapat dijadikan bahan baku gula karena mengandung etanol, bahan dari kayu-kayuan yang diperlukan untuk membuat gula,” demikian penjelasan Philippe Lavielle, pemilik Virdia Inc.. Namun penemuan ini masih dalam penelitian lebvih lanjut. (SA)
3. Terapi Baru untuk Kanker Prostat
Amerika Serikat tengah mengembangkan terapi bagi penderita kanker prostat, bernama proton beam. “Teknik ini memanfaatkan teknologi nuklir. Cara kerjanya dengan menembak sel tumor tanpa mempengaruhi sel lainnya,” ujar Anthony Zietman, pakar onkologi dari Boston’s Massachusetts General Hospital.
Sayangnya, secara teknis, jenis terapi ini membutuhkan area sebesar lapangan sepak bola untuk menempatkan peralatannya, dengan biaya pengadaan sekitar Rp 1,5 triliun. Belum lagi biaya perawatannya, yang membutuhkan dana hingga senilai Rp 500 juta.
Karena biaya operasionalnya yang relatif tinggi, pengembangan teknologi ini masih mendapat reaksi keras dari pihak pemerintah Amerika Serikat. (SA)