Adalah alamiah jika proses penuaan terus berlangsung seiring bertambahnya usia. Meski begitu, faktor-faktor yang memperburuk atau mempercepat penuaan dini, dapat dicegah.
Sehatalami.co ~ Tubuh manusia bersifat dinamis, dalam arti selalu berubah setiap saat. Sel – sel yang menyusun tubuh, memiliki usia tertentu yang kemudian akan diganti lagi dengan sel yang baru. Namun, pada akhirnya, semua sel – sel akan mengalami kematian secara total.
Sepanjang usia kehidupan akan terjadi efek proses penuaan pada tubuh kita, yang berlangsung terus sampai batas – batas tertentu. Akan muncul proses degenerasi (penuaan) dari semua organ tubuh. ”Menjadi tua adalah alamiah, namun percepatan atau perburukan proses degenerasi adalah kesalahan manusia. Usia boleh tua tetapi tubuh harus tetap sehat. Jadi, istilah yang tepat adalah awet sehat, bukan awet muda,” jelas Prof. DR. dr. Arief Adimoelja, SpAnd., dari RS Ramelan, Surabaya.
Dalam bukunya Prof. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, menyatakan, penuaan ditandai dengan menurunnya fungsi berbagai organ tubuh. Gejala menua tampak pada fisik dan psikhis. Tanda fisik misalnya, masa otot berkurang, lemak meningat, fungsi seksual terganggu, sakit tulang dan kemampuan kerja menurun. Tanda pshikis berupa sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung, gairah hidup menurun dan merasa sudah tidak berarti lagi.
Radikal Bebas
Konsep yang berkembang saat ini adalah teori radikal bebas. Menurut teori ini, yang berperan jahat adalah oksigen. Agar menjadi stabil, molekul oksigen harus memilki 2 elektron di kulit terluarnya. Jika ia hanya memiliki 1 elektron, maka oksigen akan mati-matian mencari pasangan elektronnya.
Sedangkan jika memiliki 3 elektron, ia akan gila-gilaan mencari tempat untuk membuang satu kelebihan itu. Dalam hal ini, berarti molekul oksigen yang tidak stabil sangat reaktif dan dapat berkombinasi dengan molekul yang stabil. “Akibatnya, molekul yang awalnya stabil menjadi tidak stabil atau rusak. Hasilnya adalah kerusakan sel tubuh, yang akhirnya menyebabkan apa yang disebut sebagai penuaan,” ujar Prof. Arif.
Dalam tubuh semua orang terdapat radikal bebas, sebagai hasil sampingan dari proses pembentukan energi. Energi itu sendiri didapat lewat proses metabolisme dengan membakar (mengoksidasi) zat-zat makanan seperti protein, lemak dan karbohidrat. Zat-zat tersebut kemudian diubah atau dikonversikan menjadi senyawa pengikat energi (Adenosin Triphospat atau ATP), dengan bantuan oksigen. Pada proses oksidasi inilah, radikal bebas atau reactive oxygen species (ROS) jenis anion superoksida dan hidroksil radikal, ikut terproduksi.
Menurut Prof. Arif, radikal bebas dibutuhkan tubuh dalam jumlah tertentu. Radikal bebas dibutuhkan sebagai bagian dari pertahanan tubuh, yang dapat membantu sel darah putih (leukosit) untuk menghancurkan atau memakan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Namun, pada kenyataannya radikal bebas sering tercipta melebihi kebutuhan tubuh.
Selain tercipta karena proses metabolisme, radikal bebas terbentuk akibat lingkungan dan gaya hidup. Seperti polusi kendaraan bermotor, asap rokok, paparan sinar ultraviolet yang terus-menerus, dan sebagainya.
Ketika radikal bebas di dalam tubuh jumlahnya menjadi terlalu banyak, fungsinya akan berubah menjadi destruktif (perusak). Radikal bebas menjadi liar dengan merebut elektron dari molekul lainnya, seperti protein, karbohidrat, lemak dan DNA (deoxyribo nucleic acid). Akibatnya, molekul lain yang dirampas elektronnya menjadi rusak dan bisa mengalami mutasi. “Inilah yang menjadi penyebab berbagai penyakit degeneratif (penyakit penuaan) atau kanker,” terang Prof. Arif.
Penuaan Dini
Penuaan dini merupakan proses penuaan yang lebih cepat dari yang seharusnya, di mana radikal bebas berperan sangat besar. Pada wanita, hal ini dikenal dengan istilah menopause dini, yang ditandai dengan penurunan produksi estrogen. Sedangkan pada pria, dikenal dengan andropause, yang ditandai dengan penurunan produksi testosteron.
”Banyak faktor yang mempengaruhi. Di antaranya genetik dan gaya hidup yang buruk, seperti makanan dengan gizi yang tidak seimbang, konsumsi alkohol, merokok dan stress,” kata dr. Nugroho Setyawan, SpAnd.
Anti Radikal Bebas
Sudah menjadi hukum alam bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu dalam keadaan berpasangan. Begitu pula radikal bebas. Pasangannya adalah anti radikal bebas, disebut antioksidan, yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas.
“Yang perlu diingat adalah, tidak semua kerusakan yang terjadi di dalam tubuh disebabkan oleh radikal bebas. Antioksidan bermanfaat mencegah atau memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas, bukan oleh sebab-sebab yang lain,” jelas Prof. Arif. (SA)