Tubuh Manusia adalah Utuh
Kesadaran penuh sebagai makhluk ciptaan paling sempurna, menurut Dr Kasim Rasjidi, SpPD(K), DTM&H, MCTM, SpJP,MHA, LMPNLP,ELT, CCH, Health and Life Coach & Counselor, Master Practitioner NLP, dan pendiri Health and Life Reconnection, adalah modal utama bagi setiap orang untuk bisa menjaga kondisi kesehatan diri secara menyeluruh, mencakup tubuh, pikiran, dan bathin atau jiwa. Sebab pada fitrah atau kodratnya, tubuh manusia adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan.
“Ibarat selembar kain, yang kalau tertarik salah satu sudutnya, maka bagian-bagian atau sudut-sudut yang lain juga ikut tertarik. Begitu juga tubuh manusia, jika salah satu unsur saja, misalnya emosi atau pikiran tidak selaras, maka bisa dipastikan aspek lainnya jadi tidak beres,” ujar Dr Kasim.
Karenanya, konsep atau cara pandang bahwa tubuh manusia layaknya mesin, dan memperlakukannya seperti mesin dalam melakukan upaya perbaikan saat terjadi ketidakselarasan, perlu ditinjau kembali.
Dr Herbert Spencer dari Universitas Harvard, dalam bukunya Energy Medicine, mengatakan bahwa jiwa dan tubuh saling melengkapi. Ia juga mengatakan bahwa lebih dari 90 persen penyakit tubuh disebabkan oleh jiwa. Inilah yang disebut dengan psyco-somatic disease – jiwa berpikir dan mempengaruhi tubuh.
Artinya, apa yang dipikirkan oleh jiwa berpengaruh terhadap anggota tubuh bagian luar, baik pada ekspresi wajah maupun gerakan tubuh. Pikiran jiwa juga berpengaruh pada anggota tubuh bagian dalam, seperti bertambahnya detak jantung, suhu tubuh, proses bernapas, dan tekanan darah yang ikut mempengaruhi liever, ginjal, limpa, lambung, paru-paru, dan lain-lain.