Sehatalami.co ~ Setelah adanya trend penurunan kasus baru Covid-19, sejumlah pihak mulai menyuarakan adanya pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Namun saat pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas baru saja dimulai di sejumlah sekolah, muncul laporan adanya klaster baru, infeksi COVID-19 di kalangan para siswa maupun mahasiswa, sehingga hal ini membuat PTM di daerah tersebut terpaksa kembali ditunda.
Berdasarkan catatan Kemendikbudristek per 20 September 2021 di 46.500 sekolah, ada 2,8 persen atau 1.296 sekolah yang melaporkan klaster COVID-19. “Kasus penularan kira-kira 2,8 persen yang melaporkan,” lapor Direktur Jenderal (Dirjen) PAUD dan Pendidikan Dasar Menengah Kemendikbudristek, Jumeri dalam diskusi daring Selasa (21/9/2021).
Menanggapi hal tersebut, sebagaimana dilansir dari detik.com ( 22/9/21), pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan pembukaan sekolah seperti sekarang ini memang harus diutamakan dibandingkan sektor lainnya. Tetapi, jika muncul klaster-klaster penularan baru seperti ini, sebaiknya sekolah harus ditutup sementara.
“Tetap prinsipnya adalah bahwa sekolah harus diutamakan dibuka dibandingkan yang lain. Tapi, sebagai jaring pengaman ketika ditemukan klaster minimal dua kasus di sekolah, ya itu harus ditutup dulu untuk desinfeksi serta penguatan 3T, termasuk melacak ini dari mana (klaster penularan),” jelas Dicky seperti dilansir oleh detikcom, Rabu (22/9/2021).
Meski pembukaan sekolah ini sangat dibutuhkan, lanjut Dicky, pemerintah tetap harus mengutamakan keselamatan dan keamanan peserta didik. Maka dari itu, rem darurat harus segera dilakukan untuk melacak asal penularannya.
Menurutnya, penularan Corona pada anak masih bisa terjadi, salah satu penyebabnya bisa dipengaruhi oleh laju penularan di lokasi tersebut. Selain itu, pemerintah juga perlu mengevaluasi aturan PPKM yang memperbolehkan kembali PTM di sekolah.
“Jadi, menurut saya kalau dievaluasi PPKM level 3 ini belum bisa menjamin keamanan tatap muka sekolah, ya turunin ke PPKM level 2 baru bisa,” kata Dicky.
“Makanya, di sekolah yang ada satu kasus infeksi ini harus betul-betul dikaji dan dicari tahu dari mana sumbernya dan bagaimana penularannya,” pungkasnya. (SA).