Jika yang diserang adalah sistem pernapasan, maka gejala alergi berupa batuk, pilek, sesak napas, atau mimisan. Sedangkan jika alergi menyerang sistem pencernaan maka gejala yang ditimbulkan berupa nyeri perut, kolik pada bayi, diare, sembelit, kembung, sariawan, atau mulut berbau.
Begitu juga kulit bias menjadi organ sasaran, umumnya timbul gejala gatal-gatal, eksem (dermatitis), biduran (urtikaria), bengkak di bibir, bisa juga muncul dalam produksi keringat yang berlebihan.
Alergi otak. Di dalam otak kita terdapat sistem susunan saraf pusat. Mengingat otak merupakan organ tubuh yang paling peka terhadap setiap bentuk rangsang, maka otak juga bisa menjadi organ sasaran. Apalagi otak merupakan organ tubuh yang paling peka terhadap rangsang.
Selain itu, hampir 30 persen dari energi yang kita peroleh berasal dari makanan sehingga bisa saja zat-zat tertentu yang terkandung dalam makanan tersebut mempengaruhi fungsi otak. Jika fungsi otak sudah terganggu, struktur senyawa kimia di dalamnya menjadi tidak seimbang.
Alergi yang menyerang fungsi otak atau susunan saraf pusat ini bisa timbul dalam dua macam gejala. Pertama disebut neuroanatomis, gejalanya berupa sering sakit kepala, migren, dan gangguan tidur, seperti yang pernah dialami oleh Pramandita.
Yang kedua neuroanatomis fisiologis, gejalanya berupa emosi yang tidak terkendali, agresif, gangguan koordinasi, gangguan konsentrasi, hiperaktif, bahkan autisme. (SA)