Belum lama ini pare juga mengejutkan dunia. Para peneliti menemukan adanya zat luar biasa dalam buah yang mereka sebut bitter melon alias si labu pahit ini, yakni senyawa anti-HIV/AIDS. Mereka menamainya zat alpha-momorchorin, beta-momorchorin, dan MAP30 (momordica antiviral protein 30).
Sehatalami.co ~ Pare alias paria (Momordica charantia) kaya mineral nabati kalsium dan fosfor. Sebagai sumber karotenoid, pare cukup bisa diandalkan. Untuk bisa tahu jenis-jenis pare, Anda tak perlu jalan-jalan ke pasar becek. Di supermarket sering dipajang beberapa jenis pare, karena masing-masing ternyata sudah punya penggemar tersendiri.
Ada pare gendut dan bongsor, warnanya hijau muda atau cenderung pucat, bintil-bintilnya besar-besar. Kalau dimasak, rasanya tidak terlalu pahit. Yang ini adalah pare gajih.
Pare yang bulat pendek berwarna hijau gelap, rasanya sangat pahit, bentuknya mirip kodok jongkok, dinamai pare kodok. Ada satu lagi yang populer, pare hutan alias pare liar, buahnya bulat panjang tapi kecil-kecil, rasanya pahit betul.
Belum lama ini pare juga mengejutkan dunia. Para peneliti menemukan adanya zat luar biasa dalam buah yang mereka sebut bitter melon alias si labu pahit ini, yakni senyawa anti-HIV/AIDS. Mereka menamainya zat alpha-momorchorin, beta-momorchorin, dan MAP30 (momordica antiviral protein 30).
Zat ini terutama banyak terdapat dalam biji pare tua. Kapsul berisi bubuk biji pare sudah umum dipasarkan di AS. Senyawa tersebut diakui mampu menahan laju perkembangan virus HIV/AIDS.
Berkat terapi pare, para pengidap HIV/AIDS di AS dan Thailand, secara klinis tampak lebih sehat dan berat badannya meningkat. Karena itu, para ahli optimis dalam sepuluh tahun ke depan bakal ditemukan obat pengganyang virus HIV/AIDS.
Di antara para pengidap diabetes, makanan pahit nikmat ini termasuk yang diunggulkan. Maklum, selama ini pare dipercaya mampu mengendalikan kadar gula darah. Dalam pare ditemukan zat menyerupai sulfonilurea, bahan aktif obat antidiabetes yang sudah lama dikenal dan banyak diresepkan dokter.
Senyawa ini merangsang sel beta kelenjar pankreas memproduksi hormon insulin lebih banyak dan meningkatkan simpanan cadangan gula darah di dalam hati. Dampaknya, gula yang beredar dalam darah dapat diantisipasi, sehingga kadar gula darah terkendali. (SA)