Saat ini terjadi pergeseran kriteria cantik. Salah satu penyebabnya adalah media sosial.
SehatAlami.co-Saat ini terjadi pergesaran tentang kriteria cantik. Kriteria kecantikan kini dinilai melalui berbagai dimensi di media sosial. Pada era industri 4.0 kriteria cantik lebih mengedepankan teknologo digital. Hal ini memunculkan keinginan untuk menampilkan wajah yang lebih baik.
“Saat ini semakin banyak wanita yang ingin tampil menarik di media sosial sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi industri estetika (kecantikan) untuk memenuhi permintaan masyarakat,” Ahli dibidang kecantikan dr. Lanny Juniarti
Lanny menambahkan seperti halnya revolusi industri berkembang dan mengalami perubahan dari industri 1.0 menuju 4.0, beauty industry juga mengalami revolusi. Pada Beauty 1.0, konsepnya adalah fokus pada perwatan satu dimensi saja. Pada era ini dokter hanya menggunakan apa yang disebut dengan golden ratio. Dokterlah yang menentukan perawatan yang terbaik bagi pelanggan. Adapun pada periode Beauty 2.0, masyarakat menginginkan tampilan wajah dengan perfect look tanpa meninggalkan keaslian. Artinya versi terbaik dari dirinya, tidak menjadi diri orang lain. Sedangkan era Beauty 3.0 lain lagi. Periode ini tuntutan masyarakat kian berkembang. Dala era ini kecantikan bukan hanya menyempurnakan tampilan wajah tetapi perawatan kecantikan dapat meningkatkan rasa percaya diri.
Kini industri kecantikan telah memasuki era Beauty 4.0. kecanggihan digital sangat mempengaruhi perubahan di Industri kecantikan. Media sosial tidak hanya menciptakan jaringan sosial, tetapi juga menyebabkan munculnya beauty social. Eksistensi diri seseorang di media sosial dapat menimbulkan dampak yang positif, atau justru menuai kritik dari haters. Sosial Beauty menunjukkan bahwa penampilan seseorang dapat menjadi pujian, sindiran, atau bahkan menjadi hujatan. Hal Inilah yang membuat terbentuknya tuntutan baru di dunia estetika.
Beauty 4.0 kini tidak lagi fokus pada sudut pandang dokter saja dan tidak lagi terikat pada sudut pandang dan keinginan individu saja. Orientasinya tidak hanya pada 1 atau 2 dimensi, tetapi multidimensional. “Sebagai seorang ahli di bidang estetik, kami menyarankan perawatan apa yang tepat, untuk memenuhi apa yang menjadi keinginan klien, dengan tetap memiliki kekhasan tampilan wajahnya, sehingga rasa percaya diri mereka semakin bertambah,” ujarnya seperti dilansir laman anataranews.
Tidak cukup disitu, perlu juga dipahami apakah perawatan kecantikan yang dilakukan dapat memberikan dampak yang baik pada kehidupan sosial mereka. Lanny menambahkan jangan sampai, misalnya wajah pelanggan malah menjadi bahan hujatan orang lain, seperti tidak proporsional atau bahkan terlihat aneh.