Sesungguhnya apa yang terjadi? Sebuah artikel bertajuk, “Kebahagiaan, Tren Terkini dalam HR” di majalah SWA, yang ditulis oleh Arvan Pradiansyah, penulis buku, I Love Monday dan Manging Director ILM, menyebutkan bahwa kebahagiaanlah yang membuat seseorang memilih tinggal alias betah berada di dalam sebuah organisasi.
Shawn Achor, konsultan bisnis dan dosen mata kuliah Happiness di Harvard University di Amereka, dalam bukunya, The Happiness Advantage (2010) mengatakan, mereka yang datang ke kantor dengan bahagia akan mengerahkan energi mereka semaksimal mungkin untuk mencapai kesuksesan. Dicontohkan, tenaga penjual yang bahagia, mampu menjual 56 persen lebih banyak daripada yang tidak bahagia.
Aplikasi Psikologi Positif di lingkunga kerja?
Menurut Arvan Pradiansah, gejala di atas menunjukkan kebenaran premis dalam aplikasi psikologi positif dalam dunia bisnis yang mengatakan bahwa kebahagiaanlah yang menyebabkan kesuksesan, dan bukan sebaliknya, yakni kesuksesan yang menyebabkan kebahagiaan. Sejak kelahirannya (1998), psikologi positif memang telah banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah dalam kontek bisnis, terutama dalam dunia Human Resources (HR), sebagai upaya untuk menciptakan kebahagiaan di tempat kerja.
Adalah Martin Seligman, penulis buku Flourish (2011), pakar psikologi asal AS yang kemudian dikenal sebagai Psikologi Positif, tokoh yang mempelopori aplikasi psikologi positif dalam dunia bisnis ini. Arus utama pemikiran Seligman adalah bagaimana memanfaatkan psikologi sebagai cara untuk meningkatkan kebahagiaan dalam hidup.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengaplikasikan pengetahuan psikologi positif dalam kehidupan bisnis sebagai upaya mencapai kebahagiaan di tempat kerja, yang tidak harus sama antara satu orang atau institusi yang satu dengan yang lain. (bersambung).