Sehatalami.co ~ Minggu-minggu ini trend penurunan kasus COVID-19 RI terus terjadi, dan hal ini cukup membuat optimis banyak kalangan. Jumlah kasus baru pada Minggu (19/9/21), bahkan di bawah 2.500. Namun demikian, trend positif tersebut juga memuncul kekhawatiran baru, yaitu eforia di kalangan masyarakat, sehingga menjadi lebih kendor dan abai terhadap protokal kesehatan.
Di tengah situasi ini, muncullah peringatan dari ahli epidemiologi, agar kita tetap waspada dan menerapkan protokol sehat secara ketat, dan terus menggalakkan vaksin. Sebab jika tidak, maka diprediksi akan ada gelombang ketiga COVID-19 RI, yang diperkirakan muncul pada Desember 2021. Mengingat sebelumnya, gelombang ini sempat diprediksi tiba pada Oktober 2021.
“Karena sebelumnya saya selalu sampaikan potensi gelombang ketiga ada September, ini potensi gelombang ketiga mundur, tadinya Oktober, mundur lagi Desember,” ujar pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, dalam diskusi daring, Jumat (17/9/2021).
Penyebabnya apa, hingga prediksi gelombang ketiga Covid-19 bisa mundur? Tidak lain karena ada intervensi kuat dari pemerintah dengan menerapkan PPKM. “Karena pemerintah memperpanjang PPKM, jadi ini kan estimasi prediksi (juga mengacu) ketika ada intervensi yang kuat. PPKM level ini efektif, makanya jangan sampai kita abai dalam indikator-indikator pelonggaran, termasuk vaksinasi, jadi masukkan di situ kombinasi 3T, 3M,” ujarnya.
Hal senada di sampaikan oleh ahli epidemiologi dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Dr Masdalina Pane. Menurutnya, potensi lonjakan kasus COVID-19 tak bisa hanya dipicu oleh mobilitas masyarakat. Sebab menurutnya, tanpa peningkatan mobilitas pun, potensi lonjakan kasus tetap ada, selama kasus masih ditemukan. Ditambah Unusual Epidemic Event (UEE), misalnya varian Delta.
“Epidemiolog juga melakukan prediksi, tapi bukan untuk memprediksi kenaikan dan penurunan jumlah kasus, tapi untuk membuat strategi pengendalian yang efektif dan efisien. Terutama merencanakan logistik dan pelayanan kesehatan jika terjadi peningkatan,” terang Pane pada detikcom, Senin (20/9/2021).
Agar tidak berdampak parah pada ekonomi
Pane menyampaikan, jika pengendalian dilakukan secara efektif, menurutnya tidak akan berdampak terlalu parah pada masyarakat. “Sepanjang pengendalian dilakukan secara sistematis, mestinya ekonomi, pendidikan dan kehidupan sosial kita tidak terpengaruh. Yang jadi persoalan analisis tersebut mewarnai kebijakan, tapi tidak mampu memprediksi Unusual Epidemic Event seperti serangan Delta kemarin,” sambungnya.
Pane mencontohkan, lonjakan kasus COVID-19 yang sempat terjadi mulai Juli 2021 terjadi dalam kondisi larangan mudik sudah diterapkan. “Artinya meski mobilitas turun karena batasan pergerakan masyarakat, peningkatan eksponensial tetap terjadi akibat varian Delta.”
Karena itu, menurutnya, pemerintah lebih baik mempersiapkan semua infrastruktur, agar jangan sampai pasien susah dapat tempat tidur, jangan sampai oksigen tidak tersedia, obat-obatan hilang dari pasaran, test susah, vaksin susah. Nggak boleh itu terjadi,” pungkasnya.
Tentu saja, kita tidak menghendaki ada gelombang ketiga Covid-19 terjadi di Indonesia, karena itu lebih baik dari sekarang masyarakat sadar tinggi dengan menaati protokol sehat dan menjalankan vaksin. (SA)